Menu

China Kembangkan dan Menguji Drone Serang Mirip Shahed untuk Rusia

Amastya 5 Jul 2024, 18:55
Pemandangan drone selama latihan militer di lokasi yang dirahasiakan di Iran, dalam gambar handout ini diperoleh pada 24 Agustus 2022 /Reuters
Pemandangan drone selama latihan militer di lokasi yang dirahasiakan di Iran, dalam gambar handout ini diperoleh pada 24 Agustus 2022 /Reuters

RIAU24.COM Perusahaan China dan Rusia sedang mengembangkan dan menguji drone serang berdasarkan Shahed buatan Iran di tengah perang melawan Ukraina, Bloomberg melaporkan pada hari Selasa (2 Juli) mengutip pejabat Eropa anonim yang mengetahui situasi tersebut.

Laporan itu menyebutkan bahwa perusahaan mengadakan pembicaraan tentang berkolaborasi untuk mereplikasi drone Shahed Iran pada tahun 2023.

Ukraina sering mengklaim bahwa sistem pertahanan udaranya mencegat drone serang Shahed gaya Iran, tetapi drone China belum digunakan dalam perang.

China mengklaim bahwa mereka memiliki sikap netral dalam perang meskipun para pejabat Barat mengatakan bahwa Beijing menyediakan peralatan dan bantuan lainnya kepada pasukan Presiden Vladimir Putin.

Pesawat tak berawak, yang sedang dikembangkan, disebut ‘Sunflower 200’, sesuai situs web pertahanan China dan outlet media.

Rusia belum secara resmi berkomentar tetapi menurut kantor berita TASS yang dikelola negara, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan pada hari Rabu bahwa "kami tidak bereaksi dengan cara apa pun" terhadap laporan tersebut.

Seperti dikutip laporan Bloomberg, Liu Pengyu, yang merupakan juru bicara kedutaan besar China di AS, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Beijing tidak menyediakan senjata kepada pihak-pihak yang berkonflik dengan Ukraina.

Liu menambahkan bahwa China secara ketat mengontrol ekspor barang-barang penggunaan ganda.

"Mengenai krisis Ukraina, cukup jelas bagi masyarakat internasional siapa yang menyerukan dialog dan berjuang untuk perdamaian, dan siapa yang memicu perjuangan dan menghasut konfrontasi," kata Liu.

"Kami mendesak negara-negara terkait untuk segera berhenti memicu pertarungan dan menghasut konfrontasi," tambah Liu.

Sehubungan dengan laporan itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam sebuah wawancara pada hari Rabu dengan Bloomberg Television mengatakan, "Kami tidak memiliki bukti 100% bahwa senjata China dikirim ke Rusia. Pemimpin Tiongkok mengatakan kepada saya bahwa dia tidak akan melakukan itu."

"Beberapa komponen ada di sana  seperti untuk drone. Beberapa penggunaan ganda, mereka mungkin ada di sana. Tapi itu bukan hanya orang Cina. Sayangnya, mereka juga dikirim dari beberapa negara Eropa. Dan seseorang bisa melawannya. Saya pikir jika pemimpin China menginginkan ini tidak terjadi, itu tidak akan terjadi," tambah Zelensky seperti dikutip.

(***)