Menu

Para Ilmuwan Menyuntikkan Bahan Radioaktif ke Tanduk Badak untuk Mengekang Perburuan Liar di Afrika Selatan

Amastya 27 Jun 2024, 11:34
Badak yang dibius terbaring tak sadarkan diri setelah profesor James Larkin (tidak terlihat) dari Unit Fisika Radiasi dan Kesehatan Universitas Witwatersrand (RHPU) bersama dengan anggota Proyek Rhisotope lainnya dengan hati-hati menanamkan radioisotop dosis dan dihitung ke dalam tanduknya di lokasi
Badak yang dibius terbaring tak sadarkan diri setelah profesor James Larkin (tidak terlihat) dari Unit Fisika Radiasi dan Kesehatan Universitas Witwatersrand (RHPU) bersama dengan anggota Proyek Rhisotope lainnya dengan hati-hati menanamkan radioisotop dosis dan dihitung ke dalam tanduknya di lokasi

RIAU24.COM Ilmuwan Afrika Selatan pada hari Selasa menyuntikkan bahan radioaktif ke tanduk badak hidup untuk membuatnya lebih mudah dideteksi di pos perbatasan dalam proyek perintis yang bertujuan untuk membatasi perburuan liar.

Negara ini adalah rumah bagi sebagian besar badak dunia dan dengan demikian merupakan hotspot untuk perburuan liar yang didorong oleh permintaan dari Asia, di mana tanduk digunakan dalam pengobatan tradisional untuk efek terapeutik yang seharusnya.

Di panti asuhan badak Limpopo di daerah Waterberg, di timur laut negara itu, beberapa herbivora berkulit tebal merumput di sabana rendah.

James Larkin, direktur unit radiasi dan fisika kesehatan Universitas Witwatersrand yang mempelopori inisiatif tersebut, mengatakan kepada AFP bahwa dia telah menempatkan dua chip radioaktif kecil di tanduk saat dia memberikan radioisotop pada salah satu tanduk hewan besar.

“Bahan radioaktif akan membuat tanduk tidak berguna pada dasarnya beracun untuk konsumsi manusia," tambah Nithaya Chetty, profesor dan dekan sains di universitas yang sama.

“Badak berdebu, ditidurkan dan berjongkok di tanah, tidak merasakan sakit,” kata Larkin.

Halaman: 12Lihat Semua