Menu

Kemenkes Soroti 65 Persen Anak Sekolah Tidak Sarapan, Efeknya Bisa Begini

Devi 14 Jun 2024, 13:12
Kemenkes Soroti 65 Persen Anak Sekolah Tidak Sarapan, Efeknya Bisa Begini
Kemenkes Soroti 65 Persen Anak Sekolah Tidak Sarapan, Efeknya Bisa Begini

RIAU24.COM - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengungkapkan tingginya jumlah anak usia sekolah yang tidak sarapan.

Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes RI dr Lovely Daisy, MKM mengatakan sarapan anak usia sekolah penting untuk memenuhi nutrisi dan energi sebelum beraktivitas.

"Kalau dari data kita lihat 65 persen dari anak usia sekolah itu tidak sarapan. Seharusnya sarapan itu 25 persen dari energi hari itu harus terpenuhi dari sarapan pagi," dr Daisy dalam Gelar Wicara Gerakan Sekolah Sehat, Kamis (13/6/2024).

Menurut dr Daisy, hal ini dapat memicu munculnya masalah lain yang berhubungan dengan gizi anak. Selain kekurangan energi saat bersekolah, tidak sarapan juga cenderung membuat anak lebih ingin jajan makanan tidak sehat.

Hal ini tentu saja perlu diperhatikan terlebih banyak jajanan anak sekolah mengandung bahan-bahan yang tidak bergizi dan terkadang kurang higienis.

"Kalau tidak sarapan, nanti pelajaran sekolahnya tidak terbayang. Makannya baru nanti pas jajan, jajannya juga cuma yang tersedia saja," sambung dr Daisy.  "Jadi kantin di sekolahnya bisa mulai diperbaiki, jajanan yang dijual di sekolah juga memenuhi kebutuhan nutrisi anak dan tentunya juga sehat," tambahnya.

dr Daisy mengatakan banyak masyarakat Indonesia yang masih kekurangan kebutuhan gizi mikro seperti vitamin dan mineral. Padahal hal ini sama pentingnya jika dibandingkan dengan kandungan nutrisi-nutrisi lain seperti karbohidrat, protein, dan lemak.

Hal ini juga diperparah dengan kebiasaan jajan makanan kekinian yang kerap dilakukan oleh masyarakat. Kebanyakan jajanan kekinian umumnya tidak memperhatikan gizi serta nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh.

"Masyarakat kita itu banyak terjadi kekurangan zat gizi mikro, jadi hampir di seluruh siklus kehidupan sejak balita juga kita kekurangan zat gizi mikro. Anemia pada balita kita juga tinggi karena ibu menyiapkan makanan untuk balitanya juga tidak sesuai dengan prinsip gizi seimbangnya," kata dr Daisy.

"Bagaimana peran orang tua ini bisa kita tingkatkan tentunya dengan edukasi ya mungkin banyak yang belum paham juga masyarakat kita bagaimana menyiapkan makanan untuk anak," tandasnya. ***