AS Minta Israel Berikan Transparansi dalam Serangan Sekolah Gaza
RIAU24.COM - AS telah menginstruksikan Israel untuk menjaga transparansi penuh mengenai serangan udara pada hari Kamis (6 Juni) yang mengakibatkan kematian sedikitnya 30 orang di sebuah sekolah Gaza yang melindungi orang-orang terlantar.
Menurut laporan, sebuah pesawat tempur menargetkan ruang kelas di lantai atas sekolah di kamp pengungsi perkotaan Nuseirat, menembakkan dua rudal.
AS meminta Israel untuk mengidentifikasi secara terbuka para pejuang Hamas yang dikatakannya telah terbunuh ketika militer Israel memberikan nama sembilan dari mereka.
Menurut juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller, Israel memberi tahu kami bahwa mereka menargetkan 20 hingga 30 militan dan mereka berencana untuk mengungkapkan nama-nama orang yang mereka yakini telah mereka bunuh.
Serangan Israel di sekolah PBB
Israel melakukan serangan udara yang ditargetkan di sebuah sekolah Gaza pada hari Kamis (6 Juni), yang diklaim menampung hingga 30 pejuang Hamas dan Jihad Islam.
Menurut seorang pejabat Hamas, serangan itu mengakibatkan kematian 30 orang, termasuk wanita dan anak-anak yang mencari perlindungan di situs PBB.
Rekaman video menunjukkan warga Palestina membawa mayat dan beberapa orang yang terluka di rumah sakit setelah serangan itu.
Serangan itu terjadi pada saat pembicaraan sedang berlangsung untuk gencatan senjata yang akan melibatkan pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas dan beberapa warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.
Di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Deir al-Balah, seorang anak laki-laki yang terluka menunggu bantuan medis menangis tak terhibur setelah kehilangan ayahnya dalam serangan itu.
"Apa yang kami lakukan? Tidak ada orang bersenjata di sekolah. Yang ada anak-anak, bermain. Kami bermain bersama Mengapa mereka mengebom kami?" katanya dalam video yang diperoleh Reuters.
AS mengeluarkan pernyataan bersama dengan negara-negara lain yang menyerukan Israel dan Hamas untuk berkompromi untuk menyelesaikan kesepakatan setelah delapan bulan perang di Jalur Gaza.
Juru bicara kementerian luar negeri Qatar, Majed Al-Ansari, menyatakan bahwa Hamas belum menanggapi proposal gencatan senjata terbaru dan masih meninjaunya. Dia menambahkan bahwa upaya mediasi oleh Qatar, Mesir, dan AS sedang berlangsung.
Menurut sumber-sumber Hamas, tidak ada yang baru untuk ditanggapi, menambahkan bahwa proposal Israel sudah tua dan kelompok itu menolaknya karena tidak berbicara tentang berakhirnya perang.
Ismail Al-Thawabta, direktur kantor media pemerintah yang dikelola Hamas, menolak pernyataan Israel bahwa sekolah PBB di Nuseirat, di Gaza tengah, telah menyembunyikan sebuah pos komando Hamas.
"Israel menggunakan cerita palsu palsu untuk membenarkan kejahatan jahat yang dilakukannya terhadap puluhan orang terlantar," kata Thawabta kepada Reuters.
Kepala juru bicara militer Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari, mengatakan, Israel telah melakukan serangan spesifik berbasis intelijen terhadap puluhan teroris Hamas dan Jihad Islam yang bersembunyi di dalam sekolah PBB.
“Beberapa militan telah berpartisipasi dalam serangan terhadap Israel pada 7 Oktober,” katanya.
"Operasi itu berlangsung setelah tiga hari pengawasan dan dimaksudkan untuk menghancurkan tiga ruang kelas khusus di sekolah di mana militer Israel percaya sekitar 30 militan tinggal dan merencanakan operasi," kata Laksamana Hagari.
Israel dua kali menunda serangan di kompleks sekolah karena telah mengidentifikasi warga sipil di daerah itu, katanya.
Sesuai intelijen, 20 hingga 30 pejuang berada di kompleks itu, dan banyak dari mereka telah terbunuh.
Kemudian, juru bicara kepala militer Israel Daniel Hagari mengatakan militer sejauh ini telah mengidentifikasi sembilan dari 30 pejuang Hamas dan Jihad Islam yang ditargetkan dalam serangan sebelum fajar.
(***)