Menu

Wasekjen MUI kobarkan 'Jihad' boikot Produk Terafiliasi Israel

Riko 7 Jun 2024, 03:48
Foto (net)
Foto (net)

RIAU24.COM - Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI), Dr. Ikhsan Abdullah, menyatakan boikot produk-produk terafiliasi Israel adalah jihad untuk membantu Palestina dan sekaligus mengangkat produk buatan dalam negeri.

Gerakan boikot tersebut juga bisa dipandang sebagai balas budi bangsa Indonesia terhadap Palestina yang termasuk paling awal mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945.

“Boikot adalah jihad kita untuk meningkatkan produk nasional ke permukaan,” kata Ikhsan saat jadi pembicara dalam Webinar bertema “Gerakan Boikot Global, Strategi Melawan Penjajah Zionis Israel”, yang diselenggarakan Aqsa Working Group (AWG), Senin 27 Mei 2024.

“Dari beberapa kota besar yang kami survei, masyarakat telah beralih dari produk-produk multinasional pro Israel, berupa produk makanan, minuman dan kosmetika, ke produk nasional. Ternyata produk nasional sudah siap,” katanya menambahkan.

Dalam Webinar ini, AWG menghadirkan lima pembicara dalam dan luar negeri yaitu, Pembina AWG Agus Sudarmadji, Ketua BDS Indonesia Muhammad Syauqi Hafiz, serta Aktivis Gerakan Boikot Global dari Yaman dan Yordania: Hani Yahya dan Sharine Nafie.

Menurut Ikhsan, semua pihak perlu bekerjasama untuk menyegarkan ingatan masyarakat Indonesia yang berutang budi kepada bangsa Palestina, lantaran Palestina masih dijajah Israel dan mengalami genosida.

Boikot bisa dilihat sebagai balas budi Indonesia untuk melawan Israel dan perusahaan multinasional yang menyokong invasi Israel ke Palestina.

“Ini satu-satunya yang bisa kita lakukan. Karena kita tidak bisa mengirim tentara atau mengirim senjata, tentu yang bisa kita lakukan adalah dengan boikot,” katanya melansir dari hops.

Ada tiga hal penting yang menurutnya harus dilakukan untuk terus menggelorakan boikot terhadap produk-produk terafiliasi Israel.

Pertama, boikot adalah perintah ulama, tepatnya perintah MUI kepada semua umat Islam sejalan lewat Fatwa MUI No 83 tahun 2023, tentang Hukum Dukungan terhadap Perjuangan Palestina dan menghindari semua produk yang terafiliasi dengan Zionis Israel.

Kedua, panduan daftar boikot nasional. Meski MUI tidak berwenang mempublikasikan daftar boikot ini, tetapi pihak-pihak lain yang terkait bisa membuat daftar boikot sebagai panduan umat Islam untuk tak membeli produk terafiliasi Israel.

Ia mencontohkan Yayasan Konsumen Muslim Indonesia (YKMI) yang sudah mengeluarkan daftar boikot produk terafiliasi Israel.

“Dengan demikian, umat tidak menjadi ragu mana yang harus diboikot dan mana yang tidak harus diboikot,” katanya.

Ketiga, respons terhadap adanya upaya serangan balik dari produk terafiliasi Israel.

Respons tepat harus dilakukan, sebab para pengusaha produk multinasional ini mulai aktif mendekat ke ulama, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), dan juga MUI, dengan mengklaim bahwa produk mereka tidak terafiliasi Israel.

“Mereka sulit untuk mengatakan tidak terafiliasi,” kata KH Ikhsan Abdullah.

“Sebab nyatanya, dan kita bisa pelajari sendiri, mereka menyediakan berbagai kebutuhan tentara zionis untuk menginvasi dan melakukan genosida terhadap bangsa Palestina.”

Salah satu respons tegas telah ditunjukkan oleh Baznas yang menyatakan tidak akan lagi menerima donasi dari produk-produk terafiliasi Israel.

Tak lupa, ia juga menyinggung pencatutan nama Rais Syuriah Pengurus Cabang Istimewa (PCI) Nahdlatul Ulama (NU) di Australia dan New Zealand, Prof. Dr. Nadirsyah Hosen.

Namanya dicatut, padahal sama sekali tidak diwawancarai dalam pemberitaan konten berbayar dari Danone Indonesia, yang memberi kesan bahwa dia tidak mendukung boikot atas produk Israel dan semua yang terafiliasi.

“Padahal, ketika kami menanyakan kepada beliau, beliau mengatakan tidak pernah menyatakan itu,” katanya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Gerakan Masyarakat Indonesia untuk Boikot, Divestasi dan Sanksi (BDS) Israel di Indonesia, Muhammad Syauki Hafiz, menyatakan bahwa boikot yang dilakukan harus ditujukan untuk menyakiti Israel.

“Kunci keberhasilan boikot adalah kalau kita bisa membuat takut Israel. Aksi-aksi di AS ditakuti Israel karena salah satu tuntutan utama (mahasiswa) adalah divestasi. Di sana minimal musuhnya dua, pemerintah AS yang pro genosida dan kampus yang investasi dengan Israel dalam bentuk kerja sama riset militer,” kata Muhammad Syauki.

“Karena mereka jelas musuhnya, maka mereka sangat ditakuti,” katanya.

Menurutnya, musuh yang ada di Indonesia sebenarnya tidak terletak pada korporasi yang diboikot, tapi dari cara kerja dan keterlibatan mereka terhadap mesin perang zionis Israel.

Jadi, kata dia, prioritas boikot dalam masa perang ini sebagaimana pesan BDS ke seluruh dunia, adalah menghancurkan mesin perang Israel.

“Faktanya, pembicaraan tentang produk yang diboikot masih berlangsung. Itu salah satu keberhasilannya. Setidaknya awareness atau penerimaan soal boikot sudah merata dan meluas,” katanya.

Sementara itu, pembina AWG Agus Sudarmadji menambahkan tentang adanya peluang ekonomi nasional bertumbuh, setelah masyarakat mengambil jarak dari produk-produk yang terafiliasi Israel.

“Kita dorong ini dari gerakan pragmatis menjadi ideologi ekonomi,” kata Agus.

Menurutnya, ada gerakan besar di balik produk-produk terafiliasi Israel, yaitu dengan mendanai suatu kejahatan internasional yang pada level tertentu merugikan umat Islam.

Itu karena produk-produk terafiliasi Israel tersebut, baik secara langsung atau tidak langsung telah ikut “membunuh saudara-saudara Anda yang seiman," tutupnya.