Menu

Jason Padgett, Pria yang Mendadak Jenius usai Alami Gegar Otak Imbas Penganiayaan

Devi 2 Jun 2024, 16:49
Jason Padgett, Pria yang Mendadak Jenius usai Alami Gegar Otak Imbas Penganiayaan
Jason Padgett, Pria yang Mendadak Jenius usai Alami Gegar Otak Imbas Penganiayaan

RIAU24.COM - Pengalaman yang mengerikan dan traumatis terkadang dapat menimbulkan akibat dan konsekuensi yang paling aneh. Meskipun hal ini dapat terjadi pada segala bentuk trauma, trauma fisik, terutama pada otak, dapat mengubah fungsi otak secara keseluruhan.

Hal serupa terjadi pada Jason Padgett dari Alaska, yang melihat dunia melalui matematika baik dalam skala besar maupun kecil. Artinya, dia memandang segala sesuatu melalui geometri dan urutan dengan cara yang hanya dapat dilihat oleh sedikit orang di bumi.

Jason menjelaskan asal usul ketertarikan dan obsesinya terhadap matematika, bermula pada tahun 2002 ketika dia dipukul dua orang pria tanpa ampun di luar sebuah bar di Tacoma, Washington.

"Saya mendengar—dan juga merasakan—bunyi gedebuk yang dalam dan bernada rendah ketika orang pertama berlari di belakang saya dan memukul bagian belakang kepala saya. Saya melihat kilatan cahaya putih seperti seseorang sedang mengambil gambar," kenang Jason tentang kejadian tersebut. malam dia diserang, ke The Outlook Podcast pada tahun 2018, dikumpulkan dari UNILAD.

"Hal berikutnya yang saya tahu adalah saya berlutut dan segalanya berputar dan saya tidak tahu di mana saya berada atau bagaimana saya sampai di sana."

Jason berhasil melarikan diri dan pergi ke rumah sakit. Pada saat itu, dokter mendiagnosisnya mengalami gegar otak dan luka pada ginjalnya. Meski begitu Jason tak sampai dirawat dan diperbolehkan dari rumah sakit.

Begitu sampai di rumah, Jason mengalami perubahan sikap yang dramatis. Cedera otak traumatis yang dialami menyebabkan dirinya mengalami gangguan Obsessive Compulsive Disorder (OCD). Ia menjadi takut pada dunia luar dan hanya akan meninggalkan rumahnya ketika akan belanja persediaan dan bahan makanan.

Bahkan dia menutup jendelanya dengan selimut dan handuk. OCD juga telah membuat Jason merasakan ketakutan berlebihan terhadap kuman, dia menjadi sering mencuci tangan dan segala hal yang dirasa kotor.

Tak hanya itu, ia juga mengalami perubahan pada caranya melihat segala sesuatu. Bagi Jason, dunia pada dasarnya tampak seperti video game retro alias berpiksel.

"Karena segala sesuatunya berpiksel, segala sesuatu yang bergerak tampak seperti bergerak relatif terhadap sebuah kotak," lanjutnya.

Penglihatan ini akhirnya membuat Jason terpikat oleh fraktal dan fenomena geometris lainnya. Bahkan dengan pandangan uniknya tentang matematika, ia dikenal sebagai seorang jenius.

Lantaran penasaran kondisi apa yang dialaminya, Jason memutuskan untuk berkonsultasi dengan seorang ahli saraf kognitif yang saat ini bekerja di Universitas Miami, Berit Brogaard.

Menurut Brogaard, cedera otak yang dialami Jason menyebabkan dia mengalami suatu bentuk sinestesia, yakni saat hal-hal tertentu memicu penglihatan rumus matematika atau bentuk geometris, baik dalam pikirannya atau diproyeksikan di depannya.

Jason kemudian secara resmi didiagnosis mengidap sindrom savant dan suatu bentuk sinestesia.

"Mereka menemukan bahwa saya memiliki akses ke bagian otak yang tidak dapat kita akses secara sadar dan juga korteks visual bekerja sama dengan bagian otak yang melakukan matematika," katanya.

Sejak diagnosisnya, Jason menerbitkan sebuah buku tentang pengalamannya yang berjudul "Struck by Genius", dia berkeliling dunia untuk menceritakan kisahnya kepada orang-orang dan mendidik mereka tentang matematika.

Dia juga membantu orang lain yang memiliki kehidupan unik atau langka/menarik dengan menerbitkan cerita mereka atau dijadikan film. Dia bahkan menjual gambar fraktalnya.

Kedua pria yang menyerangnya pada malam di bulan September itu sampai saat ini tidak pernah dihukum meskipun Jason mengidentifikasi mereka dan mengajukan tuntutan. ***