Seruan 'All Eyes on Rafah' Banjiri Sosmed, Dunia Kecam Pembunuhan Rafah saat Netanyahu Ngeyel dan Lanjutkan Genosida
RIAU24.COM - Rafah saat ini di bawah serangan mematikan Israel.
Wilayah paling selatan dari Jalur Gaza Palestina itu menjadi berbahaya padahal merupakan daerah tempat pengungsi dari sekujur Gaza mencari selamat. Semua mata dunia tertuju ke Rafah.
Serangan mematikan Israel ke Rafah, yang pertama belakangan ini, terjadi pada Minggu (26/5) lalu.
AFP melaporkan tentara Israel berdalih menargetkan Hamas di Rafah. Namun kenyataannya, tenda-tenda pengungsi terbakar.
Pihak Palestina menyebut 50 orang tewas dan 249 orang luka-luka akibat serangan Israel saat itu.
Namun demikian, ternyata itu bukan serangan sekali. Ada serangan yang kedua kali.
Selasa (28/5) waktu setempat, Israel menyerang Rafah lagi. Otoritas Gaza melaporkan sedikitnya 21 orang tewas akibat agresi Zionis itu.
Gempuran Israel terhadap Rafah itu sudah mulai dilakukan beberapa hari setelah Mahkamah Internasional atau ICJ memerintahkan Tel Aviv segera menghentikan serangannya di Rafah.
Otoritas Israel menolak perintah ICJ itu dengan menegaskan serangannya di Rafah tidak berisiko memusnahkan warga sipil Palestina yang ada di sana.
All eyes on Rafah
Kekhawatiran internasional terhadap serangan Israel di Rafah yang berlangsung selama tiga pekan terakhir, telah berubah menjadi kemarahan setelah pengeboman sejak Minggu (26/5) waktu setempat.
Dilansir Forbes, ungkapan 'all eyes on rafah' adalah seruan agar kepada masyarakat dunia untuk memperhatikan serangan terhadap Rafah di Gaza, Palestina.
Kalimat 'All Eyes on Rafah' digunakan di media sosial untuk menarik perhatian masyarakat terhadap kekejaman yang terjadi.
Slogan 'All Eyes on Rafah' tampaknya berasal dari komentar Rick Peeperkorn, direktur Kantor Wilayah Pendudukan Palestina di Organisasi Kesehatan Dunia, yang pada bulan Februari mengatakan "Semua mata tertuju pada Rafah".
Beberapa hari setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memerintahkan dibuatnya rencana evakuasi ke kota tersebut menjelang serangan yang direncanakan untuk melenyapkan apa yang diklaim Netanyahu sebagai benteng terakhir kelompok militan Hamas yang tersisa.
Ungkapan ini dimaksudkan sebagai permintaan bagi para pengamat untuk tidak berpaling dari apa yang terjadi di kota Rafah.
Rafah menjadi tempat sebanyak 1,4 juta orang berlindung setelah melarikan diri dari pertempuran sengit di tempat lain di Gaza-saat Israel terus melanjutkan serangannya meskipun terdapat banyak penduduk sipil.
(***)