Menu

Seorang Wanita Diteror Selama 10 Tahun, Ini Kata Psikolog soal Pemicu Obsesi Cinta

Devi 21 May 2024, 09:38
Seorang Wanita Diteror Selama 10 Tahun, Ini Kata Psikolog soal Pemicu Obsesi Cinta
Seorang Wanita Diteror Selama 10 Tahun, Ini Kata Psikolog soal Pemicu Obsesi Cinta

RIAU24.COM - Belum lama ini viral di media sosial seorang wanita di Surabaya menceritakan pengalamannya diteror dan dilecehkan oleh salah seorang teman SMP. Wanita tersebut menuturkan aksi teror tersebut terus dilakukan oleh pelaku selama 10 tahun.

Akibat kejadian tersebut, ia akhirnya memutuskan untuk melaporkan kasus tersebut ke polisi. Ia menceritakan bahwa kejadian tersebut bermula di tahun 2014 ketika ia duduk di kelas dua SMA. Pria tersebut melakukan teror dengan membuat berbagai akun media sosial untuk meneror dan melakukan pelecehan secara verbal.

"Saya mengalami pelecehan dan peneroran lebih dari 10 tahun oleh teman saya SMP. Awalnya saya niat baik dan saya ekstrovert, tapi dia introvert sekali. Ternyata kebaikan saya disalahartikan oleh dia dan dikira saya suka sama dia," kata korban di Polda Jatim dikutip dari detikJatim.

Terlepas dari kejadian tersebut, psikolog klinis Anastasia Sari Dewi menuturkan seseorang yang terobsesi dengan orang lain memang sangat mungkin terjadi. Menurutnya terdapat beberapa jenis obsesi yang dialami seseorang, salah satunya obsessive love disorder.

Walaupun begitu, Sari mengingatkan bahwa pemeriksaan lebih lanjut terhadap kondisi kejiwaan seseorang perlu dilakukan untuk mengetahui secara pasti apakah itu terkait dengan kondisi obsessive love disorder atau tidak.

"Karakteristik obsesi ini khusus ya, nggak cuma sekedar suka atau naksir seseorang tapi sampai tahap yang berulang-ulang terus ide yang ada di kepalanya," kata Sari ketika dihubungi detikcom, Senin (20/5/2024).

"Tapi apakah semuanya berkaitan dengan obsessive love disorder? Nah, ini perlu dilihat dulu spesifiknya seperti apa. Dilihat dulu motivasinya, sejauh mana obsesinya, apakah ada sangkut paut seksual, percintaan atau seperti apa?" sambungnya.

Lebih lanjut soal obsesi dan obsessive love disorder, Sari menuturkan pemicu dari kondisi ini sangat kompleks. Secara umum, obsesi pada orang lain dipicu oleh kondisi psikologis dan biologis.

Secara psikologis, obsesi tersebut bisa muncul melalui ide-ide, delusi, dan keyakinan yang salah. Sedangkan dalam faktor biologis, Sari menuturkan bahwa mungkin saja ada masalah di otak pasien sehingga menjadi salah satu pemicu obsesi tersebut.

"Kalau kita ngomongin masalah mental itu kan juga ngomongin kerja dan fungsi otak, pada beberapa orang ada area-area di otak itu yang membuat dia cenderung terobsesi pada satu dan banyak hal, karena ada bagian otak yang demikian," katanya.

Selain itu, Sari juga menyebut ada keterkaitan soal kepercayaan diri dan obsesi seseorang. Faktor kepercayaan diri ini dapat membuat seseorang merasa 'tidak terima' apabila orang yang ia sukai menolak atau memilih orang lain.

Hal ini membuat orang dengan obsesi akan melakukan apapun untuk mendapatkan perhatian atau untuk mendapatkan 'target'.

"Kalau tidak dipepet banget dia merasa kalah kalah saing, entah ditolak, entah dijauhi. Makanya karena merasa seperti itu dia jadi effort sekali. Dia tidak mau orang itu sama orang lain, sampai segala cara dilakukan," tandasnya. ***