Menu

Presidennya Meninggal dalam Kecelakaan Heli, Iran Sebabkan Harga Minyak Dunia Naik Meroket

Zuratul 20 May 2024, 17:06
Presidennya Meninggal dalam Kecelakaan Heli, Iran Sebabkan Harga Minyak Dunia Naik Meroket. (X/Foto)
Presidennya Meninggal dalam Kecelakaan Heli, Iran Sebabkan Harga Minyak Dunia Naik Meroket. (X/Foto)

RIAU24.COM -Harga minyak dunia langsung meroket setelah Presiden Iran Ebrahim Raisi dan Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian, meninggal dunia karena kecelakaan helikopter pada Senin (20/5). 

Lantas apa penyebabnya?

Meroketnya harga minyak mentah dunia terjadi karena kekhawatiran pasar. 

Pasalnya, Iran adalah salah satu produsen minyak mentah terbesar di dunia. 

Negara berbendera hijau-putih-merah itu adalah salah satu 'superpower' di bidang energi.

Dilansir dari Reuters, Selasa (16/5/2024), Iran adalah negara produsen minyak terbesar ketiga yang tergabung dalam organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC). 

Iran memproduksi sebanyak 3 juta barel minyak per hari (BOPD) atau sekitar 3% dari total minyak dunia.

Dalam kurun 2023-2024, meningkatnya permintaan dari China membuat ekspor minyak mentah Iran meroket. 

Pada Mei 2023 saja, Jumlahnya berkisar di angka rata-rata 1,61 juta BOPD. Ini adalah yang terbesar sejak 2018.

Sementara menurut riset Glenn Eldon berjudul Iran: A Country Study (2008), ekspor minyak mentah menjadi komoditas utama Iran untuk memperoleh mata uang global dan menciptakan lapangan pekerjaan. 

Walhasil, kabar meninggalnya Presiden Iran Ebrahim Raisi, membuat pasar internasional khawatir terhadap kondisi komoditas minyak mentah global. 

Dikutip dari Reuters Senin (20/5), harga minyak mentah berjangka Brent naik 10 sen atau 0,1% menjadi US$ 84,05 per barel pada pukul 04:54 waktu setempat. 

Sebelumnya, harga minyak mentah Brent sempat tembus US$ 84,30 per barel, ini adalah harga tertinggi sejak 10 Mei 2024.

Di sisi lain, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk periode Juni 2024 turun tipis 5 sen menjadi US$ 80,01 per barel. 

Penurunan terjadi setelah harga WTI sempat tembus US$ 80,23 per barel pada 1 Mei silam. 

Sementara buat kontrak berjangka WTI periode Juli yang aktif, berada pada level harga US$ 83,75, ini naik 12 sen atau 0,1%.

(***)