Gus Baha Sebut Nabi Muhammad Tidak Bisa Baca Tulis adalah Pujian, Ternyata Ini Alasannya
RIAU24.COM -Rasulullah Muhammad SAW adalah manusia yang sempurna dan merupakan rasul terakhir yang diutus Allah Subhanahu wa ta'ala di zaman akhir.
Setelah Nabi Muhammad SAW, tak akan ada lagi nabi dan rasul yang diturunkan ke bumi.
Nabi Muhammad SAW menjadi teladan sempurna untuk manusia. Segala hal tentang beliau adalah yang terbaik.
Namun, satu hal yang hingga saat ini masih menjadi kontroversi soal al-ummi yang disematkan kepada diri Nabi SAW.
Sebagian ulama mengartikan al-ummi sebagai buta huruf atau tidak bisa baca tulis.
Sementara, lainnya haqul yaqin al-ummi bukan diartikan sebagai buta huruf.
Bahkan, kelompok kedua menganggap bahwa penyebutan buta huruf adalah penghinaan.
Soal perbedaan pendapat ini, ulama ahli tafsir yang juga Rais Syuriyah PBNU KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) memiliki pendapat yang boleh jadi bisa menjadi opsi kuat penjelasan al-ummi.
Menurut dia, sebutan al-ummi sebagai tidak bisa baca tulis bukanlah penghinaan. Sebaliknya, menurut Gus Baha, sebutan itu adalah pujian.
Tidak Bisa baca Tulis menjadi Pujian?
Gus Baha bisa menjelaskan mengapa Rasulullah sampai tidak bisa baca tulis. Penjelasan tersebut disampaikan dalam sebuah majelis, yang kemudian diunggah di laman Iqra.id.
Materi ini merupakan jawaban atas pertanyaan yang didapat Gus Baha' dari salah satu hadirin pengajian.
"Jadi tradisi ulama sama masyarakat itu memang beda. Kalau Nabi dikatakan tidak tahu dalam konteks tertentu itu malah madkh, artinya memuji. Hal ini karena tadi, syarat Nabi itu harus ummi, ummi itu kan keibu-ibuan. Jadi, kalau Nabi tahu (bisa membaca dan menulis), nanti seakan-akan beliau dikawal oleh ilmunya, padahal Nabi itu dikawal oleh nubuwwah atau kenabian," ungkap Gus Baha, dikutip dari Dream.co.id, Senin (13/5/2024).
Ini bedanya Nabi sama tidak Nabi. Kanjeng Nabi dalam Al-Qur'an biasa diwahyukan Allah:
مَا كُنتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ
Maa kunta tadri mal kitabu walal iman. (QS. Asy-Syura: 52)
Artinya, "Kamu tidak tahu apa itu kitab."
Sifat madkh, artinya memuji. Kenapa itu pujian? Saat Nabi sudah tahu urusan sesuatu bisa jadi ilmu tandingan menandingi wahyu.
"Mungkin netizen itu, mohon maaf, bukannya mengkritik (Nabi), mungkin mereka tidak paham tradisi ulama (tentang penjelasan sifat Ummi pada diri Nabi)," kata Gus Baha.
Menurutnya, saat ulama bilang, "Nabi itu tidak tahu", itu bukan sifat dzamm, celaan, tapi sifat madkh, pujian.
Dalam Alquran, menurut Gus Baha, banyak ma kunta tadri mal kitabu walal iman.
"Makanya Nabi ketika disuruh untuk membaca (oleh Malaikat Jibril), "Iqra' Ya Muhammad", jawaban Nabi bagaimana? Saya tidak bisa membaca. Itu bukan sifat buruk, justru bagus! Kalau Nabi bisa membaca, ilmu Nabi nanti dikira belajar dari buku-buku, beliau jadi Nabi, wah itu memang bacanya banyak! Clear (jelas) ini ya! Supaya tidak salah paham. Jadi, dikatakan kalau Nabi tidak tahu itu berarti bagus, madkh (pujian). Tidak bisa membaca berarti madkh (pujian)," ungkap Gus Baha.
(***)