Menu

Afghanistan Diterjang Banjir Bandang, Lebih dari 200 Orang Tewas 

Zuratul 11 May 2024, 19:51
Afghanistan Diterjang Banjir Bandang, Lebih dari 200 Orang Tewas. (X/Foto)
Afghanistan Diterjang Banjir Bandang, Lebih dari 200 Orang Tewas. (X/Foto)

RIAU24.COM -Banjir bandang menerjang wilayah Afghanistan bagian utara hingga menewaskan lebih dari 200 orang di satu provinsi setempat. 

Ribuan rumah warga mengalami kerusakan atau hancur akibat bencana alam ini.

Seperti dilansir AFP, Sabtu (11/5/2024), Organisasi Migrasi Internasional (IOM) pada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan lebih dari 200 orang tewas dan ribuan rumah hancur atau rusak di Provinsi Baghlan ketika hujan lebat, yang mengguyur sepanjang Jumat (10/5) waktu setempat memicu banjir besar di area itu.

Di distrik Baghlani Jadid, sedikitnya 1.500 rumah mengalami kerusakan atau hancur. 

Laporan IOM, yang mengutip Otoritas Penanggulangan Bencana Nasional Afghanistan, menyebut "lebih dari 100 orang tewas" di distrik tersebut.

Para pejabat pemerintahan Taliban, yang kini menguasai Afghanistan, menyebut sedikitnya 62 orang tewas hingga Jumat (10/5) malam waktu setempat.

Juru bicara pemerintahan Taliban, Zabihullah Mujahid, dalam pernyataan via media sosial X pada Sabtu (11/5) waktu setempat mengatakan bahwa "ratusan warga kita telah menjadi korban bencana banjir ini". 

Dia tidak membedakan jumlah korban tewas dan korban luka, meskipun sempat menyebut puluhan orang tewas.

Beberapa provinsi lainnya di Afghanistan juga diterjang banjir bandang, dengan para pejabat di Provinsi Takhar melaporkan 20 orang tewas pada Sabtu (11/5).

Hujan lebat yang mengguyur pada Jumat (10/5) waktu setempat juga menyebabkan kerusakan parah di Provinsi Badakhshan, Provinsi Ghor dan Provinsi Herat.

Kementerian Pertahanan Afghanistan, dalam pernyataan terpisah, mengatakan bahwa para personel darurat dikerahkan ke area-area terdampak banjir dan bergegas menyelamatkan orang-orang yang terluka dan terjebak.

Afghanistan yang mengalami musim dingin relatif kering sehingga membuat tanah di negara itu sulit menyerap curah hujan, sangat rentan terhadap perubahan iklim.

Negara yang dilanda perang selama empat dekade ini merupakan salah satu negara termiskin di dunia, dan menurut para ilmuwan, menjadi salah satu negara yang paling tidak siap menghadapi dampak pemanasan global.

(***)