Menu

Jumlah Pengangguran di AS Capai Rekor Tertinggi Sejak Agustus 2023, Ini Penyebabnya

Rizka 10 May 2024, 22:47
Jumlah pengangguran di AS meningkat
Jumlah pengangguran di AS meningkat

RIAU24.COM - Jumlah pengangguran di Amerika Serikat (AS) terus mengalami peningkatan hingga kini mencapai rekor tertinggi sejak Agustus 2023. Kondisi ini terlihat dari banyaknya jumlah pengajuan klaim tunjangan pengangguran di negara itu.

Melansir dari CNN, Jumat (10/5), jumlah warga AS yang pertama kali mengajukan tunjangan pengangguran sepanjang minggu ini meningkat jadi 231.000 orang. Kondisi ini menunjukkan bagaimana pasar tenaga kerja di Negeri Paman Sam tengah melandai.

Berdasarkan data Biro Statistik Tenaga Kerja AS per Kamis (9/5), jumlah klaim lanjutan atau mereka yang mengajukan tunjangan ini lebih dari satu kali mencapai 1,78 juta orang. Jumlah tersebut meningkat sebanyak 17.000 orang jika dibandingkan dengan minggu sebelumnya.

Sepanjang April 2024 kemarin, perekonomian AS hanya mampu menyerap 175.000 tenaga kerja. Jumlah ini sedikit lebih kecil dari perkiraan para ekonom, dan jauh lebih rendah dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.

Selain itu, pengusaha di AS kini hanya bisa membuka rata-rata 245.500 pekerjaan per bulan, dibandingkan dengan rata-rata tahun 2023 yang berjumlah 251.000 pekerjaan per bulan.

Meski begitu, Biro Statistik tersebut menilai perekrutan tenaga kerja Paman Sam tetap kuat. Sebab April kemarin merupakan bulan ke-27 berturut-turut di mana tingkat pengangguran AS bertahan di bawah 4%, menyamai rekor yang terakhir terlihat pada akhir tahun 1960an.

Walaupun pada kenyataanya tingkat pengangguran di negara itu tercatat tetap meningkat jadi 3,9% pada bulan lalu, yang artinya kondisi pasar tenaga kerja AS kian parah setiap minggunya. Belum lagi banyak perusahaan di negara itu kini tengah berencana untuk melakukan pemangkasan jumlah pekerja, yang tentu saja sedikit banyak dapat meningkatkan angka pengangguran.

"PHK perusahaan meningkat, mengisyaratkan kehati-hatian di pihak perusahaan ketika mereka mempertimbangkan prospek untuk paruh kedua tahun ini," kata Chris Rupkey, kepala ekonom di Fwdbonds.