Biden Beri Peringatan, Israel Tetap Lanjutkan Invasi ke Rafah Tewaskan Lebih dari 15 Orang
RIAU24.COM - Hanya sehari setelah Presiden AS Joe Biden mengeluarkan peringatan kerasnya terhadap invasi darat penuh di Rafah, Israel pada Kamis (9 Mei) membombardir daerah-daerah kota berpenduduk padat itu.
ni terjadi ketika Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak ancaman Biden untuk menahan senjata dari negaranya jika menyerang Kota Gaza Selatan.
Kamis malam, seorang pejabat senior Israel, seperti dikutip Reuters, menyatakan bahwa negosiasi tidak langsung di Kairo yang bertujuan menghentikan permusuhan telah berakhir tanpa perjanjian gencatan senjata.
Negara itu sekarang akan melanjutkan operasi militernya di Rafah dan daerah lain, sesuai rencana, katanya.
Israel telah mengomunikasikan keberatannya mengenai persyaratan yang diusulkan Hamas untuk pembebasan sandera, kata pejabat itu.
Dalam sebuah pernyataan video, Netanyahu menekankan tekad Israel, dengan menyatakan, "Jika kita perlu, Kami akan berdiri sendiri. Jika kita harus, kita akan bertarung dengan kuku jari kita."
"Tapi kami memiliki lebih dari kuku kami," tambahnya.
Situasi di Rafah memburuk ketika pasukan Israel melancarkan serangan. Dalam satu serangan udara di dua rumah di lingkungan Sabra, setidaknya 12 orang, termasuk wanita dan anak-anak, tewas.
Reuters melaporkan bahwa ini termasuk seorang komandan senior dari Brigade Al-Mujahidin dan keluarganya.
Menurut kelompok itu, keluarga pemimpin kelompok lain, petugas medis, dan kerabat juga tewas dalam serangan itu.
Serangan lain di dekat sebuah masjid menewaskan sedikitnya tiga orang dan melukai beberapa lainnya.
Kelompok militan Palestina Hamas dan Jihad Islam mengatakan pejuang mereka menanggapi dengan menargetkan tank Israel dengan roket anti-tank dan mortir di pinggiran timur kota.
Rafah adalah daerah perkotaan terbesar di Gaza, belum dikuasai oleh pasukan Israel. Karena ini, telah menjadi tempat perlindungan bagi warga Gaza yang terlantar dari daerah lain yang dibombardir dengan populasinya membengkak menjadi ratusan ribu.
Di AS
Gedung Putih menegaskan kembali posisinya bahwa operasi militer skala penuh di Rafah tidak akan membantu Israel mencapai tujuan strategisnya.
Juru bicara AS John Kirby menekankan tekanan signifikan yang sudah ada pada Hamas dan menyarankan strategi lain untuk menargetkan kepemimpinan kelompok yang akan menimbulkan risiko lebih kecil bagi warga sipil.
"Menabrak Rafah, dalam pandangan [Presiden Biden], tidak akan maju," tujuan Israel untuk mengalahkan Hamas, katanya.
Konflik telah menyebabkan korban besar, dengan kementerian kesehatan Gaza melaporkan hampir 35.000 kematian dan sekitar 80.000 luka-luka, sebagian besar di kalangan warga sipil.
(***)