Bukan Hewan, Warga Korea Pelihara Batu untuk Halau Kesepian
RIAU24.COM - Orang dewasa di Korea Selatan memilih memelihara batu untuk digunakan mengusir sepi dan penat selepas seharian berkutat di ruang kerja.
Melansir dari The Korea Herald, budaya menyimpan batu di Korea Selatan sebenarnya sudah dilakukan sejak masa Dinasti Joseon. Pada saat itu, batu yang disebut 'Suseok' adalah barang koleksi yang menonjol di tengah kalangan cendekiawan.
'Suseok' sempat kembali populer pada akhir abad ke-20 dan muncul sebagai barang koleksi bagi para pengusaha yang mulai mengumpulkan kekayaan selama ledakan ekonomi Korea Selatan.
Kala itu, 'Suseok' dipercaya sebagai jimat keberuntungan yang membawa rezeki, kekayaan, serta menjadi benda yang menambah "kecanggihan" rumah atau kantor.
Meskipun budaya mengoleksi batu di Korea Selatan mulai memudar dalam beberapa dekade terakhir, tren menyimpan batu kembali meningkat selama pandemi Covid-19 dengan makna yang berbeda dan dramatis.
Jika pada zaman dahulu 'Suseok' disimpan sebagai barang koleksi untuk dipajang, masyarakat Korea Selatan pada masa kini justru membeli batu dengan sebutan 'Pet Stones' alias batu peliharaan untuk menghilangkan rasa kesepian.
"Saya pertama kali membeli 'Pet Stone' di masa pandemi. Saya hanya ingin memiliki sesuatu di sisi saya saat bekerja jarak jauh. Ini memberi saya rasa persahabatan," kata pemilik batu peliharaan, Lim (29), Jumat (3/5).
Menurut laporan The Korea Herald, batu peliharaan di Korea Selatan cenderung dihias oleh para pemiliknya sehingga memiliki personifikasi sendiri. Hingga kini, banyak masyarakat yang mengunggah foto batu peliharaan melalui media sosial selayaknya mengunggah foto hewan peliharaan.
Tidak hanya itu, masyarakat setempat juga turut memberi nama, menyiapkan tempat tidur, mengenakan pakaian, hingga mendandani batu peliharaan mereka seolah-olah hidup sungguhan.
"Terkadang saya mengambil batu peliharaan saya dari tempat tidurnya dan menepuknya. Kadang juga saya mengajaknya berbicara," ungkap Lim.
Seniman asal Korea Selatan, Kim Hyung-ki mengatakan bahwa batu peliharaan tampaknya dianggap oleh masyarakat sebagai sarana yang baik untuk menenangkan pikiran. Terlebih, ada banyak anak muda yang belajar cara melukis batu peliharaan.
"Ada banyak anak muda yang mendaftar lokakarya di tempat saya untuk belajar melukis di atas batu peliharaan," ungkap Kim Hyung-ki.
"Beberapa orang yang datang ke studio saya sepertinya menggunakan aksi melukis di atas batu untuk menyegarkan pikiran mereka," sambungnya.
Diketahui, memiliki hewan peliharaan adalah salah satu cara yang dinilai mampu mengatasi rasa kesepian bagi seseorang. Serupa dengan hewan peliharaan, batu peliharaan disebut memberi manfaat serupa karena mampu memberikan rasa keterhubungan.
Bedanya, memelihara batu dinilai jauh lebih efisien jika dibandingkan dengan memelihara hewan atau tumbuhan karena hampir tidak ada usaha yang diperlukan untuk merawat benda mati.
Warga Korea Selatan pemilik batu peliharaan, Park (31) mengaku bahwa salah satu keuntungan memiliki batu peliharaan adalah tidak memerlukan perhatian, seperti yang biasanya dilakukan terhadap hewan peliharaan pada umumnya.
"Saya tidak bisa memelihara kucing atau anjing karena harus bekerja. Saya suka memiliki batu peliharaan karena saya tidak perlu khawatir untuk memberi makan atau mengajaknya berjalan-jalan," kata Park.
Menurut para ahli, psikologi yang mendasari budaya batu peliharaan juga merupakan fragmentasi dalam masyarakat Korea Selatan, seperti tidak adanya atau keterbelakangan hubungan antara masyarakat dan pengelompokan anggota tertentu di dalamnya.
"Saya melihat bahwa banyak anak muda yang merasa stres dalam menjaga hubungan cenderung dengan mudah meninggalkan hubungan mereka dan beralih ke tindakan lain untuk mengatasi kesepian," kata peneliti di Consumer Trend Center of Seoul, Jeon Mi-young.
Meskipun ini bukan hobi yang paling populer, penjual batu peliharaan mengaku tidak sedikit warga Korea Selatan yang membeli batu peliharaan. Bahkan, sebanyak 300 batu peliharaan mampu terjual setiap bulannya.
"Kami menjual sekitar 300 'Pet Stone' sebulan. Pelanggan utama kami adalah perempuan berusia 20-an dan 30-an tahun," ungkap penjual batu.
Menurut penjual, harga batu peliharaan dibanderol berkisar antara 6.000 won hingga 10 ribu won atau sekitar Rp70 ribu hingga Rp118 ribu (asumsi kurs Rp11,81/won).