Dicontoh Prabowo-Gibran, Seperti Ini Program Makan Siang Gratis di India
RIAU24.COM - Presiden dan wakil presiden terpilih 2024 Prabowo dan Gibran Rakabuming Raka mengirimkan tim ke India untuk mempelajari program makan siang gratis. Keduanya mengakui program yang diusung dalam kampanye semula terinspirasi dengan regulasi di negara tersebut.
Putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran, ingin timnya mempelajari bagaimana program makan siang gratis berjalan nantinya tanpa memberatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
"Iya untuk belajar dan lain-lain (tim ke India). Pak Dubes (Shri Sandeep Chakravorty) bilang satu kepala, satu anak itu 11 sen dollar karena sangat efisien central kitchen-nya, logistiknya, efisien," kata Gibran di Balai Kota Solo, Selasa (2/4/2024).
Skema makan siang gratis India mulanya berawal dari kepemimpinan Perdana Menteri P V Narasimha Rao. Dirinya meluncurkan skema makan siang India pada 15 Agustus 1995, sebagai Program Nasional Dukungan Gizi untuk Pendidikan Dasar.
Skema ini bertujuan untuk memberi makan anak-anak miskin yang bersekolah di sekolah negeri. Salah satu tujuan utama skema ini adalah untuk mengurangi kekurangan gizi pada anak di India, yang saat itu dialami nyaris 40 persen populasi anak setempat.
Skema makan siang juga bertujuan untuk mendorong anak-anak dari latar belakang miskin dan kelompok kurang mampu untuk bersekolah.
Namun, sejarah skema makan siang dimulai pada 1920-an ketika Dewan Perusahaan Chennai mengeluarkan resolusi yang menyetujui proposal untuk menyediakan 'makan siang', atau makanan ringan, kepada anak-anak di sekolah setempat. Skema 'makan siang' telah berhasil, sekolah melihat adanya peningkatan dalam tingkat kehadiran.
Skema makan siang mid-day meal scheme yang kini dinamakan PM Poshan, mendapat persetujuan pada 29 September 2021, akan berlaku hingga 2026. Skema makan siang versi baru ini juga konon memberikan manfaat bagi sekitar 120 juta anak.
Tantangan Makan Siang Gratis India
Meski begitu, penerapan skema ini bukan berarti tanpa tantangan. Misalnya, diskriminasi kasta di beberapa daerah pedesaan, orang tua dan siswa dari kasta atas menolak makan makanan yang disiapkan oleh juru masak dari kasta yang dinilai lebih rendah.
Kualitas pangan yang rendah dan kuantitas yang terbatas juga menjadi salah satu permasalahan di antara beberapa tantangan lainnya. Praktik kebersihan yang buruk selama penyiapan makanan dan kontaminasi makanan telah menyebabkan kematian beberapa siswa di beberapa sekolah.
Baru-baru ini, pada Januari 2023, beberapa anak di sebuah sekolah di Benggala Barat harus masuk rumah sakit setelah mengonsumsi makanan siang yang diduga berisi tubuh ular.
Terlepas dari tantangan-tantangan tersebut, dengan komitmen pemerintah untuk memantau program secara memadai dan menerapkan protokol dan standar untuk mengatasi permasalahan tersebut, program yang berkelanjutan berpotensi membawa manfaat bagi anak-anak yang paling kurang beruntung di India.
Pemerintah India merilis pedoman ekstensif mengenai skema makan siang pada bulan Desember 2022 untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh program tersebut. Secara khusus, pemerintah menetapkan pedoman mengenai aspek kualitas dan keamanan skema tersebut. Misalnya, pemerintah mengarahkan agar makanan bergizi dan seimbang, meningkatkan biaya produksi makanan untuk memastikan makanan memiliki kualitas dan kuantitas yang lebih tinggi.
Protokol tersebut mencakup aturan khusus mengenai penyimpanan, penanganan dan penyiapan makanan untuk mengurangi risiko kontaminasi. Guru juga harus mencicipi makanan sebelum menyajikannya kepada siswa dan harus menyimpan buku catatan mengenai hal ini.
Selain itu, makanan panas yang diberikan kepada anak-anak harus dievaluasi dan disertifikasi oleh Laboratorium Penelitian Pangan Pemerintah atau laboratorium mana pun yang terakreditasi atau diakui oleh undang-undang, hal ini demi memastikan bahwa makanan tersebut memenuhi standar gizi dan kualitas yang ditentukan, demikian arahan pedoman tersebut.
Peraturan kebersihan khusus berlaku untuk personel dapur dan lokasi dapur. Selain itu, sekolah harus mengambil tindakan pengendalian hama untuk memastikan dapur bebas hama.
Dikutip dari siaran pers Kementerian Perempuan dan Perkembangan Anak pada Desember 2021, program pangan dan gizi India telah berhasil mengurangi kekurangan gizi pada anak di bawah usia 5 tahun dari 38,4 persen menjadi 32,1 persen pada 2021.
Program ini mempekerjakan perempuan dari masyarakat untuk memenuhi peran staf dapur sebagai cara untuk memberdayakan perempuan dan mengurangi tingkat pengangguran lokal. Skema ini mendorong keterlibatan masyarakat dengan para ibu siswa yang mengawasi pemberian makan anak-anak mereka.
Para ibu juga dapat memberikan sarannya untuk memperbaiki program makannya. Program ini menyebutnya sebagai 'Mothers Watch'. Hal ini juga membantu mengurangi bias kasta karena memberikan kesempatan kerja kepada perempuan Dalit (kelas terendah), sehingga menjadikan mereka kontributor penting dalam program ini.
Skema makan siang memberikan nutrisi harian kepada anak sekolah. Mantan Wakil Presiden India, Venkaiah Naidu, juga menyarankan untuk menambahkan susu ke dalam menu makan siang untuk menambah nilai gizi pada makanan tersebut. Selain itu, pemerintah India berencana mengalokasikan lebih dari 110 miliar rupee kepada PM Poshan untuk anggaran 2023 hingga 2024.
Skema makan siang di India, yang dinamai PM Poshan, sangat mendukung kesehatan, gizi, dan pendidikan di kalangan anak-anak kurang mampu dengan memerangi kelaparan di ruang kelas. ***