Gempa Dangkal Tuban-Bawean Diklaim Peristiwa Tak Lazim, Ini Penyebabnya
RIAU24.COM - Gempa mengguncang Pulau Bawean pada Jumat (22/3). Gempa tersebut dianggap tidak lazim karena berada di zona aktivitas kegempaan rendah (low seismicity).
Hal itu diungkap oleh Pakar Geologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Amien Widodo.
Amien yang juga Peneliti Senior dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI) mengatakan, guncangan yang terjadi pada daerah laut itu dipicu oleh sesar aktif di Laut Jawa.
Gempa dengan kedalaman 10 kilometer ini pun membuat jangkauan daerah guncangan semakin meluas hingga daratan Pulau Jawa.
"Gempa dengan kedalaman dangkal yang disebabkan oleh sesar aktif ini ialah peristiwa yang jarang terjadi," kata Amien, Sabtu (23/3).
Ia menyebut, adanya pergeseran dan tekanan dari dua permukaan pada laut Jawa ini menimbulkan getaran dengan skala Modified Mercally Intensity (MMI) III-IV, yang dapat mengakibatkan guncangan dan retakan pada daerah permukaan.
"Semakin kuat skala intensitasnya, dampak yang dirasakan akan semakin berbahaya," ucapnya.
Ia menjelaskan, pergeseran permukaan pada gempa Tuban terjadi secara horizontal sehingga tidak berpotensi tsunami. Namun, gempa ini akan menghasilkan beberapa gempa susulan dengan skala magnitudo yang lebih rendah dari gempa pertama.
"Untuk mitigasinya, gempa tersebut perlu dimonitoring guna mengetahui apakah ada tekanan yang masih aktif atau tidak," tutur dosen Departemen Teknik Geofisika ITS itu.
Amien menyebut pada tahun 2017 Pusat Studi Gempa Nasional (PuSGeN) telah merilis sebanyak 295 sesar aktif di Indonesia yang berpotensi gempa.
Maka itu, menurutnya sudah seharusnya pemerintah daerah yang berdekatan dengan sesar aktif itu harus melakukan pemeriksaan seperti pengecekan kondisi bangunan, permukaan, dan sejenisnya.
Amien pun mengharapkan masyarakat dapat lebih waspada dengan fenomena gempa yang terjadi karena sesar aktif ini.
"Masyarakat perlu menyiapkan diri apabila terjadi gempa-gempa ke depannya," katanya.