Rudal Hantam Kapal di Sebelah Barat Hodeidah Yaman Saat Houthi Ancam Kampanye yang Lebih Luas
RIAU24.COM - Sebuah rudal yang ditembakkan ke sebuah kapal dagang di Laut Merah oleh kelompok pemberontak Houthi Yaman tidak menyebabkan kerusakan pada kapal, kata pemantau keamanan laut pada hari Jumat (15 Maret) ketika Houthi mengancam untuk memperluas kampanye mereka yang telah menyebabkan gangguan dalam perdagangan global.
Operasi Perdagangan Laut Inggris Angkatan Laut Kerajaan dan perusahaan keamanan Ambrey sebelumnya melaporkan bahwa kapal itu rusak setelah diserang di sebelah barat pelabuhan Hodeida Yaman yang dikuasai pemberontak pada dini hari Jumat.
Namun, setelah pemeriksaan siang hari, ternyata kapal itu tidak terkena dampak serangan proyektil dan juga tidak mengalami kerusakan apa pun.
Ambrey menyatakan bahwa kapal itu terdaftar sebagai berafiliasi dengan Israel tetapi telah mengubah kepemilikan pada Februari 2024.
Lebih lanjut ditambahkan bahwa kapal dagang itu menuju dari Singapura ke Terusan Suez dengan penjaga bersenjata di dalamnya.
“Kapal tanker yang sama, hari sebelumnya, hampir dihantam oleh rudal tenggara pelabuhan Aden Yaman,” kata Ambrey.
UKMTO mengatakan bahwa ketika insiden itu pertama kali dilaporkan, kapal itu berada 76 mil laut (140 km) barat pelabuhan Hodeidah, sementara kapal kedua berada 50 mil laut barat daya ketika melaporkan rudal terbang di atas kepala dan meledak di kejauhan.
"Master melaporkan dua rudal terbang di atas kapal dan mendengar dua ledakan keras di kejauhan. Kapal melaporkan tidak ada kerusakan dan kru dilaporkan selamat. Kapal sedang melanjutkan ke pelabuhan panggilan berikutnya," kata UKMTO dalam sebuah catatan penasihat.
Kelompok Houthi Yaman Berhasil Uji Coba Rudal Hipersonik: Laporan
Sementara itu, kelompok Houthi yang berpihak pada Iran berhasil menguji rudal hipersonik, sesuai klaim yang dibuat oleh kelompok itu kepada media Rusia pada hari Kamis (14 Maret).
Mengutip sebuah sumber, kantor berita Sputnik melaporkan, "Pasukan rudal gerakan telah berhasil menguji rudal yang dapat mencapai kecepatan hingga Mach 8 [6.200 mil per jam] dan didukung oleh bahan bakar padat."
"Yaman berencana untuk mulai memproduksinya untuk digunakan dalam serangan di Laut Merah dan Arab dan Teluk Aden, serta terhadap sasaran di Israel," tambahnya.
(***)