Tahukah Anda, Begini Peran Penting Orang Tua untuk Tekan Kasus Kanker Anak di Indonesia
Plastik polikarbonat sendiri bisa ditemukan di wadah penyimpanan produk pangan, sedangkan resin epoksi merupakan bahan pelapis kemasan logam, termasuk kaleng makanan dan tutup botol.
Dilansir dari jurnal National Library of Medicine, 'A Comprehensive Review on The Carcinogenic Potential of Bisphenol A: Clues and Evidence', paparan BPA bisa berdampak pada pertumbuhan kelangsungan hidup, proliferasi, invasi, hingga migrasi berbagai jenis sel dalam tubuh, tak terkecuali sel kanker.
Tak hanya itu, paparan BPA dapat memfasilitasi resistensi kemoterapi terhadap obat antikanker. Paparan BPA yang dapat larut di dalam makanan dan air ini dapat meningkatkan kerentanan terhadap kanker payudara dan kanker prostat.
Tak sedikit penelitian yang menunjukkan pengaruh paparan BPA pada karsinogenesis atau pembentukan sel kanker. Namun, hal ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut atau komprehensif untuk dapat mengungkap pengaruh BPA pada tingkat molekuler di berbagai jenis kanker.
Di Indonesia sendiri, pemerintah sadar akan potensi bahaya dari BPA itu sendiri. Sehingga, penggunaan plastik yang mengandung BPA diatur oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Nomor 20 tahun 20219. Aturan tersebut mengatur batas migrasi BPA pada plastik polikarbonat untuk kemasan pangan hanya boleh 0,6 bpj.
Sampai saat ini, belum diketahui pasti penyebab kanker pada anak. Namun, ada beberapa tanda atau gejala umum yang patut dicurigai kanker pada anak seperti pucat, memar atau pendarahan, nyeri tulang, adanya benjolan atau pembengkakan yang tidak nyeri tanpa demam, penurunan berat badan, perut membuncit, sakit kepala yang menetap atau berat, dan nyeri pada beberapa bagian tubuh seperti tangan, kaki, atau tulang.***