2 Maret Hari Kesehatan Mental Remaja, Begini Sejarahnya
RIAU24.COM - Setiap tanggal 2 Maret, dunia merayakan Hari Kesehatan Mental Remaja atau World Teen Mental Wellness Day. Tujuan perayaan ini adalah untuk meningkatkan pemahaman, mengurangi stigma, dan memulai pembicaraan penting tentang kesehatan mental.
Peringatan hari ini mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesadaran soal kondisi mental remaja saat ini.
Sebagaimana diketahui, masa remaja adalah masa eksplorasi dan pencarian jati diri. Sehingga, pada saat mereka mengalami masalah mental, peran orang tua dan orang-orang di sekitarnya sangat dibutuhkan agar mereka tidak mengambil keputusan yang salah.
Sejarah Hari Kesehatan Mental Remaja
Mengutip National Today, Hari Kesehatan Mental Remaja ini berangkat dari pembicaraan yang sangat penting tentang kesehatan mental. Masih banyak masyarakat yang belum memahami apa yang dialami remaja saat ini.
Masalah kesehatan mental dimulai pada usia sekitar 14 tahun dan sering kali tidak terdiagnosis dan tidak diobati. Pengidap masalah mental ini bisa terlihat depresi, menyalahgunakan obat-obatan berbahaya, hingga bunuh diri.
Dari data World Health Organization(WHO), terdapat 800.000 kasus bunuh diri menimpa remaja setiap tahunnya. Jumlah tertinggi terjadi pada tahun 2019.
Seiring waktu, para ilmuwan mempelajari masalah ini secara mendalam dan mulai lebih memahami jiwa. Begitu pun pihak organisasi dan komunitas peduli kesehatan mental remaja, kemudian mencetuskan Hari Kesehatan Mental Remaja.
Adanya Hari Kesehatan Mental Remaja ini diharapkan dapat menjadi pengingat semua orang untuk lebih peduli terhadap kondisi dirinya maupun sekitarnya. Terlebih pada remaja, generasi yang kini rentan mendapati masalah mental.
Sementara, Peneliti Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi, Organisasi Riset Kesehatan BRIN, Yurika Fauzia Wardhani menyebut terdapat 1.112 kasus bunuh diri di Indonesia sepanjang 2012-2023.
Sebanyak 985 kasus di antaranya terjadi pada remaja. Artinya, terdapat 46,63% dari total kasus bunuh diri tersebut.
"Kasus bunuh diri pada remaja akhir, dari tahun ke tahun jumlahnya semakin meningkat dibandingkan remaja awal. Seluruh provinsi di Indonesia ada kasus bunuh diri dan yang terbesar ada di Jawa Timur dan sebagian Jawa Barat," ujar Yurika, dikutip dari laman BRIN, Sabtu (2/3).
Adapun penyebab bunuh diri terbanyak adalah karena masalah percintaan dan masalah personal. Menurut Yurika, kasus tersebut dapat terjadi lantaran adanya masalah mental serta love and belonging needs seseorang yang kurang terpenuhi.
"Kebutuhan itu harus terpenuhi, karena ketika mereka tidak merasa dicintai dan kepemilikan tidak terpenuhi maka akan menimbulkan stres, yang bisa berujung pada keinginan suicide," jelasnya.