Serat Rayon Dari APR, Kebanggaan Indonesia Untuk Bumi yang Lebih Hijau
Di tengah meningkatnya arus digitalisasi, produk kayu mempunyai peran sentral dalam kehidupan sehari-hari. Kayu diolah untuk kemudian disulap menjadi berbagai produk olahan, salah satunya kertas. Namun pada saat yang sama, dunia usaha menghadapi tekanan yang semakin besar untuk memenuhi meningkatnya permintaan akan solusi gaya hidup berkelanjutan.
Berdasarkan studi terbaru yang dilakukan NielsenIQ di tahun 2022, sebanyak 78 persen koresponden menganggap penting untuk menjalani gaya hidup berkelanjutan (sustainable living) , sementara 22 persen lainnya mengakui dampak buruk isu lingkungan terhadap kesehatan manusia pada saat ini dan di masa depan.
APRIL Group, sebagai produsen pulp dan kertas berkelanjutan terkemuka di Indonesia berkomitmen untuk menerapkan praktik berkelanjutan dan memanfaatkan teknologi sebagai bagian dari solusi untuk menciptakan energi hijau di Indonesia.
RIAU24.COM - Bus listrik yang mengangkut rombongan awak media dari berbagai media online di Provinsi Riau, meluncur dengan mulus di jalanan beraspal dari Pekanbaru menuju areal komplek PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) di Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan pada Selasa, 16 Januari 2024.
Tepat pada pukul 7.30 WIB, bus berkapasitas 51 tempat duduk tersebut sudah dijejali para awak media serta perwakilan dari PT RAPP yaitu Budi Firmansyah Communications selaku Manager PT Riau Andalan Pulp And Paper dan Yusni.
Asap yang biasanya terlihat mengepul pada bus konvensional tidak terlihat sama sekali pada bus listrik ini. Juga tak terdengar suara raungan mesin dan berisiknya knalpot saat bus listrik sepanjang 12 meter besutan PT Mobil Anak Bangsa (MAB) tersebut berangkat menuju PT RAPP, Produsen Kertas Berkelanjutan Terbesar di Indonesia.
"Nggak terasa kalau busnya sudah jalan ya. Suaranya sangat halus, tidak seperti bus konvensional. Baru kali ini merasakan serunya sensasi naik bus listrik," kata Reynold Manurung, salah seorang awak media yang ikut dalam rombongan tersebut.
Bus seharga Rp 4,7 miliar tersebut juga telah dilengkapi kamera yang terpasang di tiap sudut, sehingga apabila pengemudi mengendarai secara ugal-ugalan dapat langsung terpantau. Selain itu, di dalam bus terdapat pula tombol emergency yang bisa membuka pintu secara otomatis, jika ada sesuatu keadaan darurat yang terjadi.
Sepanjang perjalanan, di dalam bus terasa sangat nyaman dikarenakan minimnya tingkat getaran dan kebisingan. Sejuknya hembusan angin yang keluar dari Air Conditioner (AC) juga menambah keistimewaan bus, yang mampu menempuh jarak tempuh maksimal sejauh 250 kilometer itu.
Perjalanan menuju PT RAPP tersebut merupakan bagian dari rangkaian kunjungan Anugerah Jurnalistik APRIL-APR (AJAA) 2023.
Cuaca yang begitu cerah menyambut para awak media sesaat setelah tiba di PT RAPP. Perjalanan selama kurang lebih 120 menit dari Kota Pekanbaru tidak terasa melelahkan jika ditempuh dengan bus listrik.
Sesampai di kawasan PT RAPP, tempat pertama yang disambangi adalah Royal Golden Eagle (RGE) Technology Center. Tepat pukul 09.30 WIB, rombongan disambut langsung oleh Direktur PT RAPP Mulia Nauli serta staff Corcom lainnya di kantor Royal Golden Eagle (RGE) Technology Center yang terletak di bagian tengah kompleks operasional PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP).
Di RGE Technology Center ini, sejarah perjalanan induk usaha PT RAPP dari tahun ke tahun, termasuk ekspos setiap unit kerja mulai dari penanaman, pengolahan Pulp and Paper, hingga pembuatan kertas, rayon, serta serat benang dapat dilihat dalam bentuk tulisan serta miniature areal Riau Kompleks.
Eny Khairani selaku Staff RGE Technology Center menjelaskan secara singkat tentang berdirinya RGE sejak tahun 1973 hingga mampu mengokohkan posisi sebagai salah satu perusahaan bonafid di dunia.
"Royal Golden Eagle (RGE), atau yang dulunya dikenal sebagai RGM (Raja Garuda Mas), resmi terdaftar pada tahun 1973. Bermula dari sebuah toko penyedia suku cadang bernama Toko Motor pada tahun 1967 di Medan, disitulah cikal bakal RGE mulai dibentuk,"kata Eny menjelaskan tentang sejarah PT RAPP.
"Toko itulah yang menjadi awal mula perjalanan Sukanto Tanoto terjun dalam dunia bisnis diusianya yang masih terbilang remaja, ketika ia harus mengambil alih kendali bisnis karena ayahnya, seorang imigran dari kota Putian di Tiongkok, jatuh sakit,"lanjutnya.
Namun berkat keuletan, Tan Kang Ho (nama lain Sukanto Tanato), ia berhasil memenangkan tender sebagai pemasok suku cadang untuk perusahaan minyak dan gas negara Pertamina.
"Hingga pada saat krisis minyak pada tahun 1973, Sukanto mampu mengatasi harga minyak yang melonjak cepat, bahkan ia berhasil mendirikan pabrik kayu lapis di Besitang, Sumatra Utara. Saat itu, Sukanto telah mengamati bahwa Indonesia mengekspor kayu bulat dan mengimpor kayu lapis, sehingga memutuskan untuk berinvestasi di bidang manufaktur kayu lapis di Indonesia," lanjut wanita berparas ayu tersebut.
Sejarah PT RAPP Dalam Gambar
(Foto: Jalan Menuju Kemakmuran (Dok. Aprilasia.com)
Diawali pada tahun 1980an, Sukanto bekerja sama dengan skema transmigrasi pemerintah Indonesia yang membuatnya mampu merelokasi penduduk Indonesia dari Jawa ke Sumatra dan mendirikan perusahaan Asian Agri, perusahaan perkebunan kelapa sawit terkemuka yang bekerja sama dengan 30.000 petani plasma.
Di akhir tahun 1990an, setelah mengatasi kondisi yang menantang segala krisis keuangan finansial, pria berdarah Tionghoa itu sukses melebarkan sayap PT RGE ke Tiongkok, Brasil, Kanada, dan Spanyol, memperluas bisnisnya yang mencakup industri selulosa khusus (Bracell), serat viscose (Sateri), penyulingan minyak kelapa sawit (Apical), kertas dan karton (Asia Symbol), dan energi (PO&G).
Pada awal tahun 1993, pria kelahiran 25 Desember 1949 tersebut membangun pabrik pulp dan kertas, dimana pada saat itu dilakukan survey lapangan untuk lokasi pabrik di Provinsi Riau tepatnya di Desa Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan. Kala itu, Pangkalan Kerinci hanyalah sebuah dusun kecil yang merupakan bagian dari Kabupaten Kampar dan masih rumah bagi 200 kepala keluarga saja.
"RGE kemudian berkembang pesat dan Sukanto Tanato membangun pabrik pulp dan kertas pertama di Kabupaten Pelalawan. Bahkan, sejak pabrik Pulp & Paper didirikan awal tahun 1990an, PT RAPP berkontribusi membuka lapangan kerja lebih 65 ribu pekerjaan.," lanjut Eny mengisahkan perjalanan panjang ayah dari Anderson Tanoto tersebut.
(Foto: Menabur Benih Hutan Lestari (Dok. Aprilasia)
Pada tahun 1995, Grup APRIL memulai produksi bubur kertas komersial.
Selang 3 tahun kemudian, atau tepatnya pada tahun 1998, produksi kertas komersial mulai berjalan dan desa Pangkalan Kerinci yang dulunya sepi bak kuburan, kini menjadi ramai. Pangkalan Kerinci pun berubah menjadi kawasan urban seiring dengan menggeliatnya ekonomi.
Pada tahun 1999, Kabupaten Pelalawan dibentuk dan kemudian kota Pangkalan Kerinci jadi ibu kota kabupaten pada tahun 2001.
Pertumbuhan kota Pangkalan Kerinci yang pesat ini kemudian memungkinkannya dibagi menjadi tiga wilayah pada tahun 2005. Pertumbuhan wilayah ini mencerminkan pertumbuhan operasional APRIL Group di Indonesia yang tumbuh pesat.
Bahkan pada tahun 2010, kegiatan operasional kehutanan APRIL Group memberikan kontribusi sebesar 6,9 persen pada total perekonomian Provinsi Riau, pemberian akses yang lebih baik di sektor pendidikan dan dukungan sosial di berbagai bidang seperti perawatan kesehatan dan perumahan bagi warga di Kabupaten Pelalawan.
(Foto: Pertumbuhan Dan Pengakuan (Dok. Aprilasia)
Pada tahun 2020, populasi di Kabupaten Pelalawan pun tumbuh pesat menjadi lebih dari 200.000 jiwa, imbas pengembangan dan diversifikasi bisnis APRIL Group yang sukses mengubah Pangkalan Kerinci menjadi pusat sosial dan komersial daerah di Riau.
Bahkan APRIL Group telah membantu meningkatkan standar hidup dan menurunkan tingkat kemiskinan sebesar 30 persen, dengan menciptakan sekitar 90.000 lapangan kerja secara tidak langsung bagi masyarakat.
APRIL Group kini telah tercatat di New York Stock Exchange. Suatu pencapaian yang luar biasa!
Dari RGE, rombongan kemudian beringsut ke Hotel Unigraha dan dijamu dengan coffee dan aneka snack seraya perkenalan dan berbincang-bincang ringan. Suasana akrab dan hangat sangat terasa. Rombongan peserta Anugerah Jurnalistik APRIL-APR (AJAA) 2023 dengan manajemen anak perusahaan APRIL Group tampak saling berbagi pengalaman dan membangun komunikasi yang intens.
"Awak media memiliki kaitan dengan APRIL Group. Dengan kemitraan yang baik, maka akan terbangun dengan komunikasi yang bagus,” ungkap Direktur PT RAPP, Mulia Nauli dalam diskusi ringan di aula lantai ll Hotel Unigraha saat membuka acara diskusi.
‘”Setiap tahun, kami harus memiliki strategi dan inovasi agar mampu bertahan dalam kemajuan teknologi. Selain itu, produk-produk yang dihasilkan oleh PT RAPP juga harus lebih ramah lingkungan dan mencerminkan energi hijau (green energy),’’ tambah pria bertubuh tegap ini.
Dalam pertemuan tersebut, Mulia Nauli memaparkan jika RAPP tak hanya menciptakan kertas, namun juga berbagai produk inovasi terbaru yang berkelanjutan (suistanable).
“RAPP kini tak hanya menghasilkan pulp, tapi juga memproduksi serat resin yang bisa dimanfaatkan untuk industri tekstil,’’ lanjut pria berkulit putih ini.
Para peserta juga melakukan diskuisi tanya jawab seputar bus listrik bersama Vouke C Kalangi selaku HRGA Manager RAPP, tanya jawab singkat bersama Steven Anderson selaku Project Leader Konversi Sepeda Motor Listrik di RAPP, Addriyanus Tantra selaku Sustainability Ops Fiber Manager serta informasi seputar proyek solar panel dari Tigor Sardison selaku Solar Panel Manager PT RAPP.
APY, Produsen Benang Viscose Rayon Terkemuka di Indonesia
(Foto: Pabrik PT. Asia Paciifik Yarn (APY) di komplek PT. RAPP (Dok. Humas RAPP)
Usai bersantap siang, rombongan peserta Anugerah Jurnalistik APRIL-APR (AJAA) 2023 kembali diajak berkeliling komplek perusahaan bubur kertas itu. Rombongan tampak antusias dengan kondisi komplek PT RAPP, mulai dari perumahan sampai kawasan pabrik.
Masih menggunakan bus listrik, rombongan bergeser ke pabrik Asia Pasific Yarn (APY). Sepanjang perjalanan, bus listrik tetap stabil dan minim suara saat menyusuri jalanan mendaki dan menikung ke arah pabrik. Tak terdengar deru suara bising yang menembus ke dalam bus, meski suara mesin besar dan sistem pengolahan di lokasi pabrik terdengar meraung-raung begitu menjejakkan kaki keluar dari bus listrik tersebut.
Di APY yang merupakan pusat produksi benang viscose rayon (serat rayon), rombongan disambut oleh Asep Dadang Kusmiran, Aplication Development Centre APY. Di tempat inilah rayon dari serat kayu diproses jadi resin, diolah menjadi benang dalam jumlah besar untuk kemudian diubah menjadi kain dan pakaian.
Pria yang disapa Asep ini sekilas bercerita sejarah APY berdiri.
"Tepat pada 21 Februari 2020 lalu, APRIL Group memiliki unit bisnis baru yakni Asia Pasific Rayon (APR) yang diresmikan secara langsung oleh Presiden Joko Widodo. Dan tak berselang lama, lahirlah Asia Pasific Yarn (APY) yang memproduksi benang dari serat rayon," kata pria berdarah Jawa itu memulai cerita.
Kepada peserta, Asep menerangkan tahap demi tahap proses pembuatan serat rayon, mulai dari kapas hingga produk pakaian jadi yang ramah lingkungan.
“Kami bangga menjadi bagian dari aktifitas ini yaitu mengolah kayu menjadi benang atau kain. Serat maupun benang ini menjadi alternatif bahan pakaian yang lebih ramah lingkungan dibanding katun maupun bahan kaos polyester karena lebih cepat terurai. Seiap hari kami memproduksi 21 ton benang dan 860 ton resin,’’ jelas Asep.
Meski APY baru empat tahun berdiri, Asep mengatakan, permintaan akan serat rayon sudah banyak berdatangan dari perusahaan tekstil baik di Indonesia maupun mancanegara.
“Hari ini APY tepat berusia 4 tahun. Tapi produk serat rayon kami sudah dipasarkan ke pasar dalam negeri dan luar negeri. Bahkan serat rayon APY ini juga diminati oleh negara-negara di Asia Selatan, contohnya Pakistan dan Bangladesh," papar Asep.
Asep dengan berbangga hati menuturkan jika APY merupakan satu-satunya pabrik yang memproduksi resin di Indonesia.
(Foto: Kapas yang akan diolah menjadi benang di PT APY (Dok. Humas RAPP)
“Yang saya tahu, untuk saat ini, kami menjadi satu-satunya yang memproduksi resin di Indonesia, karena untuk membuat sehelai kain dibutuhkan resin dan polyester. Tentu saja, hal ini mampu menggerakkan produksi tekstil tanah air. Resin dari APY memiliki kualitas yang bagus, karena bersumber dari pohon yang ditanam sendiri,’’ lanjut pria bertubuh sedikit gempal ini.
Saat memasuki pabrik APY, setumpuk kapas putih terlihat menggunung di sudut pabrik. Kapas putih itulah yang kemudian akan diproses lewat mesin-mesin canggih di pabrik APY tersebut menjadi pintalan-pintalan benang.
“Untuk proses pembuatan benang sendiri menggunakan beberapa sistem dengan kapasitas mesin produksi yang berbeda-beda. Kelak, benang inilah yang kemudian akan dijadikan bahan baku untuk pembuatan pakaian yang diekspor ke dalam maupun luar negeri,” jelas Asep lagi.
Asep mengungkapkan ada 243 karyawan yang bekerja di pabrik tersebut.
Kami pun berkesempatan menyentuh gumpalan kapas lembut serta benang-benang halus yang tengah dipintal di mesin-mesin berukuran besar yang berputar selama 24 jam itu. Deru suara mesin terdengar bersahut-sahutan saat menggulung serat-serat kapas menjadi helaian benang-benang tipis.
Asep juga menjelaskan apa yang membuat viscose rayon atau serat rayon APY berbeda.
“Serat rayon adalah salah satu produk energi hijau yang berkualitas untuk dipasarkan di seluruh dunia. Serat rayon ini dapat terbiodegrasi dalam hingga 93,6 persen dan terurai kembali ke tanah dalam dua tahun. Terbuat dari 100% selulosa kayu, serat rayon APY menawarkan warna-warna cerah yang tahan lama, namun mampu mempertahankan kilau alaminya," tambah Asep lagi.
(Foto: Kapas yang akan diolah menjadi benang di PT APY (Dok. Humas RAPP)
Asep menjelaskan, adapun serat kapas tersebut dihasilkan dari pengolahan kaya berjenis akasia dan eucalyptus yang ditanam pada lahan konsesi Hutan Tanaman Industri aktif seluas 494 ribu hektare yang berada di lima kabupaten di Provinsi Riau.
"Produk serat rayon ini didapatkan dari kayu akasia dan eucalyptus. Kami juga melakukan pengiriman perdana ke Jawa Tengah dan Timur Tengah dan saat ini memiliki kapasitas produksi 860 ton per hari," kata pria berkulit gelap tersebut.
Sebagai informasi, iklim tropis di Indonesia membuat eucalyptus bisa dipanen setelah lima tahun pada tanah mineral. Sementara untuk akasia crassicarpa bisa dipanen kurang dari lima tahun, yakni sekitar 4 tahun 7 bulan.
"Kalau baju dibuang ke tanah dengan kelembaban tanah dan air dalam minggu ketiga akan larut sempurna dan terurai dengan sempurna di tanah. Kenapa? Karena serat yang diambil dari eucalyptus dan Akasia juga dari tanah kan? Beda dengan polyester, yang kandungannya sama dengan plastik. Ini butuh ratusan tahun baru terurai. Sementara untuk katun meskipun berasal dari alam juga terurainya dua kali lebih lama daripada serat rayon," katanya sambil tersenyum ketika salah seorang peserta bertanya tentang kelebihan dari serat rayon .
Dengan menggunakan berbagai peralatan pabrik yang berteknologi tinggi, APY mampu memintal benang dengan kapasitas tahunan. Bahkan sebanyak 7,56 metrik ton per tahun berhasil diproduksi, dan menciptakan produk benang berkualitas tinggi. Untuk hasil produksi tahunan, APY berhasil memproduksi 72 ribu kilogram kain tekstil rajut, 432 ribu meter kain cap, 400.000 meter kain celup, serta 25 ribu helai pakaian, yang siap mendukung industri tekstil Indonesia serta pasar luar negeri.
Puas mencuci mata di pabrik pemintalan benang, rombongan berkesempatan menyambangi APY Innovation Center yang terletak di lantai 2.
Di APY Innovation Center ini, dipamerkan berbagai hasil tekstil dari benang yang diproduksi APY, mulai dari pakaian, kain sarung dan lainnya. Terlihat beraneka produk fashion seperti kemeja, celana panjang hingga kaos dengan brand yang sudah punya nama di Indonesia. Sebut saja seperti Cottoninic Nevada, BatikTrosta/BT, Denim, Lyocel, Xander, hingga Sarung Gajah Duduk.
(Foto: Salah satu produk yang ada di galeri APY Innovation Center (Instagram @asiapacificrayon)
Dengan menyadari betapa pentingnya pengembangan masyarakat sebagai bagian dari pendekatan jangka panjang untuk bisnis yang berkelanjutan, APRIL Group telah meluncurkan inisiatif pembangunan ekonomi dalam membantu pengembangan pengusaha lokal berskala kecil dan menengah (UKM). Hal ini diwujudkan dengan diperkenalkannya pakaian batik hasil karya APY.
APR2030 dan APRIL2030: Kontribusi Nyata untuk Iklim, Lingkungan, dan Masyarakat
Sebagai produsen serat viscose-rayon terintegrasi terbesar di Indonesia Asia Pacific Rayon (APR) telah merilis visi keberlanjutan dalam 10 tahun kedepan lewat Komitmen APR2030 tepatnya pada bulan November 2021. Target APR2030 terdiri dari empat pilar yang akan berkontribusi positif terhadap iklim, alam, manufaktur bersih, serta sirkularitas dan kemajuan yang inklusif.
APR2030 memiliki 19 target spesifik yang akan dicapai pada 2030. Adapun untuk target utama tersebut diantaranya adalah:
- 20% dari total hasil produksi serat viscose (VSF) terbuat dari bahan daur ulang.
- Mencapai nol-bersih emisi dari penggunaan lahan dengan menekankan integrasi vertikal bersama APRIL selaku pemasok utama
- Mengurangi setengah dari intensitas emisi karbon per ton VSF
- Mengurangi tingkat kemiskinan ekstrem dalam radius 50 km dari wilayah operasi APR.
- Mendukung konservasi dan perlindungan habitat satwa liar di Indonesia.
- Mempromosikan kesejahteraan yang inklusif dan kesetaraan gender diseluruh rantai nilai termasuk program pemberdayaan perempuan dan kaum muda, Akses yang lebih baik ke kesehatan bagi para ibu, Program pengembangan dan gizi anak terpadu.
Anderson Tanoto, Managing Director RGE mengatakan beberapa waktu lalu, “Dalam beberapa tahun terakhir, kami telah mencatat kemajuan nyata dalam mengedepankan keberlanjutan ke dalam strategi bisnis. Pada pertemuan COP26 baru-baru ini di Glasgow, Skotlandia, sangat jelas bahwa pertumbuhan bisnis dan keberlanjutan harus berjalan beriringan, dan peluncuran APR2030 selaras dengan semangat tersebut.”
Pria kelahiran 1989 tersebut juga menambahkan jika APR memastikan bahwa hasil produksinya tidak hanya melindungi karbon dan keanekaragaman hayati, tapi juga memberdayakan masyarakat di tempat perusahaan beroperasi.
“APR memiliki komitmen untuk mencapai tujuan operasional khusus industri, memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan EU BAT Polymer BREF untuk viscose dan dan ZDHC MMCF Responsible Fibre Production, Wastewater and Air Emissions pada 2025,” jelas jebolan Wharton School of the University of Pennsylvania tersebut.
(Foto : Perkebunan Eukaliptus (Instagram @asiapacificrayon)
APR2030 adalah sebuah komitmen untuk mencapai dampak positif dan terukur terhadap iklim dan alam.
Sebagai produsen yang menargetkan 20% dari total hasil produksinya terbuat dari bahan daur ulang, APY juga berkolaborasi dengan mitra industri untuk memajukan pengumpulan, pemilahan, dan daur ulang limbah tekstil, untuk mendorong percepatan produksi sirkular dalam industri tekstil Indonesia.
Bahkan untuk mempercepat sirkularitas di industri tekstil Indonesia, RGE, selaku perusahaan induk APR, mengumumkan investasi USD 200 juta melalui kemitraan dan inovasi teknologi untuk mengarusutamakan penggunaan tekstil daur ulang dan sumber serat generasi berikutnya lainnya dalam produksi MMCF. Ini termasuk penelitian untuk memahami ekonomi dan logistik tekstil daur ulang, keterlibatan dengan komunitas desain tekstil untuk menginspirasi kreativitas, dan kemitraan dengan inovator untuk memajukan solusi teknologi dalam skala besar.
APY juga memiliki tujuan untuk menciptakan nilai yang sejalan dengan filosofi bisnis 5C grup Royal Golden Eagle (RGE), yang menyatakan bahwa apa pun yang kita lakukan, harus ‘baik bagi Masyarakat, baik bagi Negara, baik bagi Iklim, baik bagi Pelanggan, dan pada akhirnya akan membawa kebaikan bagi Perusahaan.
(Foto : Perkebunan Eukaliptus (Instagram @asiapacificrayon)
APY berkomitmen untuk menjadi yang terdepan dalam menjalankan proses produksi bersih dan closed-loop di industri tekstil Indonesia, dengan berkomitmen memangkas penggunaan air hingga 50%, pengurangan pembuangan limbah ke TPA per produk ton hingga 80% dan berinvestasi pada produksi closed-loop dan daur ulang, serta pemulihan sulphur hingga lebih dari 95% pada tahun 2030.
Selain itu, peningkatan produktivitas produk ramah lingkungan (green energy) seperti serat rayon juga merupakan salah satu target utama dalam pilar Lanskap Berkembang di APRIL2030. Sebagai bagian dari komitmen, APRIL Group melangkah lebih jauh dengan berinvestasi dalam upaya konservasi lanskap hingga tahun 2030.
APRIL Group mendukung tujuan 1-untuk-1 dengan menginvestasikan USD1 per ton serat tanaman yang dipanen, memastikan bahwa manfaat kultur jaringan berkontribusi secara berkelanjutan, membangun hutan tanaman bagi Indonesia dan dunia.
Salah satu tujuannya adalah mencapai peningkatan produktivitas serat perkebunan sebesar 50 persen melalui pendekatan intensifikasi.
“Untuk meminimalkan lahan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan produksi, kami berinvestasi dalam penelitian silvikultur dan inovasi teknologi untuk meningkatkan produktivitas serat perkebunan sebesar 50 persen melalui perbaikan praktik silvikultur, genetika, dan nutrisi tanah,” kata Sihol Aritonang, Direktur Utama Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), anak perusahaan APRIL Group.
(Foto: APR2030 yang mencakup 4 pilar (Instagram @asiapacificrayon)
Pembangunan Gedung Laboratorium Kultur Jaringan Kerinci atau Kerinci Tissue Culture (KTC)
Tepat pada 1 September 2019 lalu, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir meresmikan laboratorium kultur jaringan Kerinci Tissue Culture PT Riau Andalan Pulp and Paper di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.
Gedung Laboratorium Kultur Jaringan Kerinci atau Kerinci Tissue Culture (KTC), yang memakan investasi sebesar USD 5 juta, memiliki 16 ruang pertumbuhan yang dioperasikan oleh lebih dari 150 teknisi terampil.
Tujuan utama dari teknologi kultur jaringan ini adalah untuk memproduksi sekitar 43 juta bibit tanaman kayu Eucalyptus dan Akasia yang berkualitas tinggi dan tahan penyakit bagi perkebunan APRIL, sehingga secara efektif dan efisien mampu mensupport penanaman skala besar yang dapat diproduksi bersamaan dalam waktu singkat.
Kultur jaringan sebagai bagian dari Departemen Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R&D) Department RAPP (APRIL Group) fokus dalam melakukan berbagai penelitian untuk mengembangkan bibit berkualitas unggul sebelum ditanam.
Direktur Operasional Support PT RAPP Ali Shabri mengatakan fasilitas Laboratorium Kultur Jaringan Kerinci akan memperbanyak bibit terbaik.
"Riset adalah tantangan kita masa depan dan perlu kita dorong. Dan laboratorium yang megah ini bisa mendukung perusahaan lebih baik," katanya.
(Foto : Menjadikan Riau sebagai Pusat Tekstil merupakan salah satu komitmen APR2030 (Dok. Instagram @asiapacificrayon)
Selain itu, lewat serangkaian inisiatif transformasional, APR juga sukses mendorong kemakmuran inklusif dan memajukan kesetaraan gender.
Adapun bentuk inisiatif-inisiatif yang ditaja APR dengan memberikan mata pencaharian yang berkelanjutan dan memberikan masyarakat akses yang lebih baik terhadap kesehatan dan pendidikan. APR juga memberdayakan perempuan pengusaha melalui kerajinan tekstil tradisional dengan fokus pada aplikasi Batik pada kain viscose, serta mengembangkan pusat tekstil yang dinamis di Riau.
Sebagai penutup kunjungan tersebut, Budhi Firmansyah menyampaikan rasa terimakasihnya kepada rombongan peserta Anugerah Jurnalistik APRIL-APR (AJAA) 2023 yang telah meluangkan waktu berkeliling di komplek PT RAPP, termasuk menaiki bus listrik yang telah dioperasikan perusahaan untuk pengangkutan karyawan.
"Kami berharap kemitraan ini dapat terjaga dengan baik. Dan semoga lewat tulisan yang dituangkan rekan-rekan, mampu bercerita tentang komitmen APRIL Group dalam menciptakan Green Energy menuju gaya hidup berkelanjutan, demi masa depan yang positif," pungkasnya.
Menjelang petang, rombongan peserta Anugerah Jurnalistik APRIL-APR (AJAA) 2023 akhirnya kembali ke Kota Pekanbaru usai berfoto bersama.
Kunjungan yang telah menambah informasi tentang produk terbarukan PT RAPP dan pengalaman unik berkendara bersama bus listrik ini, tentu akan menjadi kenang-kenangan yang tidak ternilai harganya. ***