Memanen Sinar Matahari Lewat Panel Surya Menuju Kemandirian Energi di Indonesia
Aku bahagia hidup sejahtera di khatulistiwa, Alam berseri-seri bunga beraneka
Mahligai rama-rama, bertajuk cahya jingga
Surya di cakrawala
Lagu Zamrud Khatulistiwa ciptaan Guruh Soekarno Putra memiliki makna yang tersirat di tiap baitnya.
Lewat lagu tersebut, Guruh mengajak kita untuk bersyukur atas kekayaan alam Indonesia yang berada di wilayah khatulistiwa. Sinar matahari yang merata sepanjang tahun di Indonesia, akan jauh lebih indah bila dimanfaatkan sebagai sumber energi dalam penyokong kehidupan sehari-hari.
RIAU24.COM - Di atas hamparan tanah yang diubah menjadi landfill (limbah padat) di Komplek Operasional PT Riau Andalan Pulp & Paper (RAPP) di Pangkalan Kerinci, Pelawan, Provinsi Riau, atap-atap berwarna hitam yang terbuat dari kepingan tipis berbahan silikon murni, terlihat berjajar sempurna.
Jika berdiri dari atas menara baja yang dibangun disisi kanan landfill, atap-atap tersebut tampak mengkilat terkena semburat matahari yang cukup terik siang itu, ketika saya dan rombongan peserta Anugerah Jurnalistik APRIL-APR (AJAA) 2023 berkunjung ke proyek bernilai fantastis milik PT RAPP yang diberi nama Solar Power Plant.
Sejauh mata memandang, hamparan atap yang membingkai jadi satu menjadi panel surya tersebut membentang luas. Sungguh pemandangan yang membuat takjub.
Ternyata perpaduan kemajuan teknologi serta ciptaan Tuhan dalam balutan Solar Panel, tampak mempesona !
Jajaran kepingan tipis tersebut merupakan bagian penting dari pembangkit listrik tenaga surya atau Solar Panel yang masih akan terus bertambah jumlahnya, hingga pembangunannya diperkirakan selesai dalam enam tahun dari sekarang atau tepatnya pada tahun 2030.
Kelak jika semuanya telah selesai, taman energi terbarukan tersebut akan berukuran sangat luas.
(Komplek operasional PT RAPP, Foto: Instagram @discoverapril)
Saat ini total kebutuhan energi di seluruh dunia mencapai 10 Terra Watt (setara dengan 3 x 1020 Joule/ tahun) dan diprediksi jumlah ini akan terus meningkat hingga mencapai 30 Terra Watt pada tahun 2030 (Data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2011).
Tak heran, pada KTT iklim COP28 yang dilaksanakan di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA) pada 30 November-12 Desember 2023 lalu, isu utama tentang peralihan keenergi terbarukan menjadi topic yang hangat dibicarakan saat itu.
Para pemimpin dunia telah menyuarakan dukungannya terhadap target peningkatan tiga kali lipat energi terbarukan di seluruh dunia sambil membatasi penggunaan bahan bakar fosil yang menghasilkan gas yang menyebabkan pemanasan global ke atmosfer.
Peningkatan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di udara yang akhirnya memerangkap panas matahari di dalam atmosfer bumi, membuat bumi kini menjadi lebih hangat, yang berdampak pada perubahan pola cuaca dalam skala global.
Salah satu gas penyumbang emisi GRK adalah CO2 yang merupakan hasil dari pembakaran bahan bakar fosil. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terpadat ke empat di dunia, kini memiliki visi untuk memiliki sumber energi ramah lingkungan dan mampu mencapai emisi nol bersih pada tahun 2030.
Menurut laporan Climate Transparency Report 2022, Indonesia yang masih menggunakan bahan bakar fosil, terutama batu bara, minyak bumi, dan gas bumi, menghasilkan lebih dari 81 persen listrik. Sementara energi terbarukan saat ini masih menyumbang sekitar 19 persen kebutuhan listrik di Indonesia.
Dari proporsi tersebut, tenaga air (hydro) menyumbang bauran sumber energi listrik terbesar yaitu 8%. Lalu, disusul biomassa dan limbah 5,3%; panas bumi (geothermal) 5,1%; energi angin di kawasan pesisir (wind on shore) 0,1%; dan energi surya (solar) 0,1%.
Dilansir dari Global Methane Tracker 2023, Indonesia merupakan salah satu dari 10 negara penghasil emisi metana antropogenik terbesar di dunia. Tiongkok jadi negara dengan penghasil emisi metana terbesar global 2022 sebanyak 55,7 juta ton, sementara Indonesia menduduki peringkat ke enam dengan menghasilkan 14,3 juta ton.
(Daftar 10 negara penghasil emisi metana terbesar global 2022 Foto: International Energy Agency (IEA)
Indonesia yang pernah memegang presidensi Group of Twenty (G20) pada 5-16 November 2022 lalu, mendapat tuntutan dan tekanan lebih untuk mencapai target dalam upaya pengurangan emisi GRK dan polusi udara.
Indonesia harus menjadi pemimpin dalam mewujudkan julukan sebagai Negara yang berperan penting dalam Green Energy (Energi Hijau), dengan mengurangi ketergantungan pada sumber daya energi tak terbarukan.
Indonesia harus mampu mencegah kenaikan suhu rata-rata permukaan bumi secara global tidak lebih dari 1,5 derajat celcius, dengan menargetkan untuk menurunkan 29 persen emisi gas rumah kaca pada tahun 2030 dan mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060, atau lebih cepat.
Namun, pemerintah Indonesia tentu akan menghadapi kesukaran yang besar bila berjuang sendiri. Peran serta pihak swasta sangat dibutuhkan untuk mendorong lebih cepat tercapainya target Net Zero Emission (NZE ) atau Emisi Nol Bersih.
Salah satu perusahaan yang berkomitmen membantu pemerintah Indonesia dalam mencapai Net Zero Emission lewat investasi hijau dan transisi energi adalah PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), anak perusahaan Asia Pacific Resources International Limited (APRIL) Group.
Salah satu inisiatif APRIL Group yang paling ambisius yakni dengan dibangunnya solar panel (panel surya), untuk melakukan perubahan energi dari energi berbahan bakar minyak ke energi bersih. Bukan tanpa sebab, mengapa PT RAPP memaksimalkan pembangunan panel surya.
Selain panel surya dianggap menjadi salah satu solusi untuk mengurangi masalah perubahan iklim, kondisi Indonesia yang diberi sinar matahari yang berlimpah sepanjang tahun, menjadikan negara kepulauan ini adalah tempat terbaik untuk pemasangan panel surya.
Secara letak geografis, letak Indonesia yang berada di garis khatulistiwa membuat Indonesia sangat kaya akan sumber energi surya dengan intensitas radiasi matahari rata-rata sekitar 4,8 kWh/m2 per hari di seluruh wilayah Indonesia (data Dari Kementerian ESDM, 2022)
Panel surya adalah sistem untuk menghasilkan listrik dengan menangkap energi matahari dan mengubahnya menjadi arus listrik. Ketika menyentuh panel, sinar matahari akan diserap oleh sel surya (Photovoltaics, PV) dan akan menciptakan muatan listrik. Panel surya memiliki berbagai model dan ukuran dengan kemampuan berbeda untuk menyimpan energi matahari.
APRIL Group melalui unit operasionalnya, PT RAPP tengah membangun solar panel berkapasitas 50 MW AC hingga 2030, yang digaung-gaungkan akan menjadi instalasi terbesar yang dilakukan oleh swasta di Indonesia.
Bahkan jika telah selesai, taman energi terbarukan tersebut akan berukuran sangat luas, karena akan memiliki luas wilayah kurang lebih 0,7 kilometer persegi (70 Hektar).
Sebagai perhitungan kasar, jika memiliki generator yang 100% andal dan menghasilkan 50 MW AC, maka dalam setahun generator tersebut akan menghasilkan energi 500X365x24=438.000 MWh. Angka yang fantastis, bukan?
Dengan umur panel surya rata-rata adalah sekitar 25 tahun dan masa pakai maksimum adalah sekitar 30 tahun, maka panel surya dianggap salah satu solusi baru untuk menghasilkan kemandirian energi. Panel surya ini dapat membantu dalam mencapai salah satu komitmen APRIL2030 untuk memanfaatkan 50% kebutuhan energi untuk proses operasional dari sumber terbarukan dan energi bersih.
Menurut Tigor Sardison Ompusunggu, Solar Panel Manager, pembangunan solar panel di kompleks operasional PT RAPP merupakan salah satu aksi nyata komitmen APRIL 2030.
"Untuk proyek panel surya ini, PT APRIL menargetkan 20 MW AC selesai dibangun sebelum tahun 2025," kata pria humoris tersebut.
Pembangunan panel surya diatas landfill (Foto: Instagram @sahabatrapp)
Tigor juga memaparkan, jika saat ini, APRIL Group telah membangun 11 MW AC solar panel yang pemanfaatannya telah mulai digunakan untuk operasional pabrik. APRIL Group menargetkan dapat mengaliri kebutuhan energi pabrik sebesar 90% dari sumber energi terbarukan.
PT RAPP telah membangun Solar Panel Plant 11 MW AC yang dikerjakan secara 2 tahap, yakni:
Tahap pertama pada 17 Agustus 2021:
- Solar Panel Plant 1 MC AC (1,350 MW DC/ 1 MW AC)
- Total Module : 2.968 unit
- Total Inverter : 10 unit
- dibangun diatas landfill #3 dengan Area Cover : 1,12 Ha
Tahap kedua pada 10 November 2022 :
- Solar Panel Plant 10 MC AC (12,754 MW DC/ 10 MW AC)
- Total Module : 19.474 unit
- Total Inverter : 40 unit
- dibangun diatas landfill #1, #2, #3 dengan Area Cover : 14 Ha
Lulusan Institut Sains dan Teknologi Nasional (ISTN) Jakarta ini juga membanggakan keunikan pembangunan solar panel PT RAPP tersebut.
"Keunikan dari proyek ini adalah pemanfaatan lahan yang dibangun di atas landfill yang telah ditutup. Karena dibangun di atas lokasi limbah padat, maka berarti ada double fungsi, yakni pemanfaatan limbah untuk menghasilkan energi terbarukan. Di bawah merupakan sisa limbah padat, sementara diatasnya dibangun solar panel,” ujar pria berdarah Batak tersebut.
(Foto: Tigor Sardison selaku Solar Panel Manager (Dok. RAPP)
"Selain itu, matahari adalah energi yang 100 persen tidak akan pernah habis, berlimpah, gratis dan terbarukan sehingga menjadikan panel surya sumber energi alternatif yang mudah dan bersih. Dengan kondisi Indonesia yang kaya akan sinar matahari, memutuskan PT RAPP untuk membangun solar panel atau jaringan listrik tenaga surya atau matahari ramah lingkungan. Solar panel ini akan membantu peningkatan rasio elektrifikasi rumah tangga serta keperluan perusahaan,’’ ujarnya lagi.
Panel surya mampu mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan memberi sumbangan positif terhadap upaya pengurangan emisi gas dan polusi udara, sebagai salah satu komitmen mengurangi perubahan iklim.
“Komitmen ini kami lakukan untuk mengurangi pemakaian bahan bakar fosil yang menyebabkan terjadinya pemanasan global dampak dari peningkatan emisi gas rumah kaca di udara. Sehingga solar panel adalah salah satu upaya RAPP untuk meninggalkan bahan bakar fosil dan membangun kompleks hijau di wilayah operasional di Pangkalan Kerinci,” tutur pria yang telah bekerja di APRIL Group lebih dari 30 tahun ini.
Tigor juga mengungkapkan jika pada tahun 2025 mendatang, RAPP akan merampungkan pemasangan 25 megawatt solar panel di pabriknya itu.
Diketahui dalam langkah transisi energi ini, PT RAPP tidak main-main dari segi investasi. Karena di setiap instalasi 1 megawatt solar panel saja, RAPP menginvestasikan hampir 100.000 dolar AS atau sekitar Rp 1,4 miliar.
"Untuk pembangunan solar panel tahap satu, dibutuhkan biaya yang mencapai 800 ribu dolar AS. Sementara di tahap kedua, menghabiskan biaya sekitar 540 ribu dolar AS per MW dan untuk tahap tiga sebesar 480 ribu dolar AS per MW. Tentu bukan nilai yang main. Bahkan butuh waktu 6 sampai 7 tahun baru balik modal,” kata Tigor lagi.
Jadi sebagai hitungan kasar, untuk berinvestasi dalam 50 MW AC hingga 2030, dibutuhkan dana kurang lebih sebesar 5 juta dolar AS atau sekitar Rp 75 miliar (jika nilai kurs 1 USD = Rp 15 ribu).
"Akan tetapi nilai ini diproyeksikan akan berkurang seiring dengan efisiensi solar panel yang terpasang. Bisa jadi tercapai lebih cepat karena cost-nya relatif turun karena penggunaannya semakin efisien," pungkas Tigor.
Kini dalam menjalankan aktivitas pabriknya di Pangkalan Kerinci, PT RAPP telah menggunakan energi terbarukan hingga 87 persen dari total konsumsi pabrik saat ini.
Tak hanya mampu memenuhi kebutuhan untuk operasional PT RAPP, sebanyak 3 persen atau sekitar 15 MW dialirkan juga ke jaringan listrik lokal untuk menyediakan sumber energi tambahan kepada masyarakat sekitar komplek operasional.
Hal tersebut diungkapkan Direktur Utama PT RAPP, Sihol Aritonang.
“Hingga hari ini, 87 persen konsumsi energi di pabrik di Riau berasal dari energi terbarukan,” ungkap Sihol dalam sesi panel Think20 (T20) Summit Indonesia di Nusa Dua, Bali, Senin (5/8/2022) lalu.
T20 adalah lembaga resmi bagian dari Presidensi G20 yang menjadi wadah pemikiran dan riset isu-isu terkini dari banyak pakar dan peneliti di seluruh dunia. PT RAPP sebenarnya sudah sejak jauh-jauh hari bergerak melakukan apa yang baik untuk lingkungan dan iklim, termasuk upaya menggunakan energi terbarukan dalam operasionalnya.
Dukungan Pemerintah Terhadap Pembangunan Panel Surya di Indonesia
Di Indonesia, pertumbuhan penggunaan tenaga surya atap sempat terhenti pada tahun 2022 karena pembatasan kapasitas sebesar 10 hingga 15 persen yang diberlakukan menyusul kekhawatiran kelebihan kapasitas.
Namun revisi terbaru Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 26 Tahun 2021 tentang Tata Surya Atap dimaksudkan untuk mengatasi hal ini, dengan usulan peralihan ke sistem kuota siapa cepat dia dapat.
(Foto: Dukungan Pemerintah Terhadap Pembangunan Panel Surya di Indonesia (Foto:Okezone)
Seiring perkembangan terkini seperti Peraturan Presiden No. 112/2022 di Indonesia, dapat berarti harga pembelian tenaga surya yang lebih kompetitif.
Kebijakan energi terbarukan di Indonesia diatur dengan Undang-undang Nomor 30 tahun 2007 tentang Energi. Khusus mengenai energi terbarukan, UU tersebut mengamanatkan bahwa penyediaan Energi Baru dan Energi Terbarukan (EBT) wajib ditingkatkan oleh pemerintah nasional dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya.
Pemerintah bersama DPR RI mengamanatkan penyusunan Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang jelas dan terukur sebagai pedoman dalam pengelolaan energi nasional dengan prinsip berkeadilan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan guna terciptanya kemandirian energi dan ketahanan energi nasional.
Kebijakan Energi Nasional (KEN) dirancang dan dirumuskan oleh Dewan Energi Nasional (DEN). Melalui persetujuan DPR RI, KEN ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 79 tahun 2014. KEN menargetkan pemanfatan EBT setidaknya mencapai 23% dari bauran energi primer nasional pada tahun 2025 dan mencapai 31% pada tahun 2050.
Bahkan per data hingga akhir 2022, Dewan Energi Nasional menyatakan bahwa capaian bauran energi terbarukan dalam bauran energi nasional mencapai 12,3%.
Di sektor ketenagalistrikan, terdapat pula Peraturan Presiden (Perpres) mengenai pemanfaatan energi terbarukan, yaitu Perpres Nomor 4 Tahun 2016 tentang Percepatan Infrastruktur Ketenagalistrikan. Dalam aturan ini, pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah dapat memberikan dukungan berupa pemberian insentif fiskal, kemudahan perijinan dan nonperijinan, penetapan harga beli tenaga listrik dari masing-masing jenis sumber EBT, pembentukan badan usaha tersendiri dalam rangka penyediaan tenaga listrik untuk dijual ke PT PLN (Persero), dan/ atau penyediaan subsidi.
Undang-undang Energi juga mengamanatkan penyusunan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) dan Rencana Umum Energi Daerah (RUED) sampai dengan 2050 demi mendukung implementasi KEN. Pada Perpres Nomor 22 Tahun 2017, RUEN menjadi kebijakan energi terbarukan dan penjabaran rencana pelaksanaan KEN yang bersifat lintas sektor untuk mewujudkan kemandirian dan ketahanan energi dalam mendukung pembangunan nasional secara berkelanjutan. RUEN telah ditandatangani Presiden Jokowi pada tanggal 2 Maret 2017.
Selain itu, KEN dan RUEN juga berfungsi sebagai acuan dalam penyusunan RUED. RUED merupakan kebijakan pemerintah daerah, baik di tingkat propinsi (RUED-P) maupun kabupaten/kota (RUED-K) untuk mendukung pencapaian sasaran dari RUEN. RUED menjadi pedoman pengembangan energi daerah jangka panjang dan berkelanjutan dengan mengoptimalkan potensi energi di masing-masing daerah hingga tahun 2050. RUED harus mendapatkan persetujuan dari DPRD dan ditetapkan melalui Peraturan Daerah (Perda). RUEN dan RUED idealnya juga dijadikan pedoman bagi perencanaan sub-sektor energi seperti Rencana Pengelolaan Migas Nasional dan Rencana Umum Kelistrikan Nasional (RUKN).
Investasi hijau besar-besaran PT RAPP lewat panel surya ini sempat menuai pujian dari Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, Arsjad Rasjid saat melakukan kunjungan kerja ke kompleks operasional perusahaan penghasil serat, pulp, dan kertas di Pangkalan Kerinci, pada Selasa (31/1) lalu.
(Foto: Kunjungan ke APRIL Group, Kadin Ajak Swasta Contoh Pembangunan Panel Surya (Foto: Instagram @sahabatrapp)
“Dengan cara menerapkan standar-standar industri hijau, dengan tetap menjaga keamanan bagi konsumen, maka PT RAPP telah ikut berjuang dalam membirukan bumi,” katanya.
Komitmen APRIL Group dalam pembangunan solar panel di kawasan operasionalnya dipuji Arsjad sebagai salah satu cara untuk membantu pemerintah Indonesia dalam menciptakan transformasi energi terbarukan.
“Pembangunan solar panel yang dilakukan APRIL Group melalui PT RAPP merupakan bentuk nyata keterlibatan sektor swasta dalam perjalanan menuju NZE. KADIN menyambut baik inisiatif dalam mitigasi iklim ini dan berharap lebih banyak perusahaan yang ikut serta melakukan langkah serupa. Dengan semakin banyak pelaku usaha yang terlibat, maka target dari NZE 2060 untuk mengurangi 1,5 giga ton CO2 dapat tercapai,” tutur Arsjad.
Komitmen APRIL Group Dukung Terwujudnya Net Zero Emission Lewat APRIL2030
(Foto: Diluncurkan di Jakarta pada bulan November lalu, APRIL2030 terdiri atas empat komitmen dan 18 target terukur berbasis sains seputar lingkungan, masyarakat, dan sosial-ekonomi (Dok.Aprilasia.com)
APRIL Group telah bergabung dalam keanggotaan Net Zero Hub sejak tahun 2022. Dan pembangunan solar panel ini merupakan bentuk komitmen perusahaan dalam mendukung komitmen net zero emmision pemerintah Indonesia.
Bahkan perusahaan penghasil kertas PaperOne ini telah lama peduli terhadap gaya hidup keberlanjutan untuk menciptakan green energy (energi hijau) di Indonesia.
Hal ini diperkuat dengan visi APRIL2030 yang berisi serangkaian komitmen perusahaan untuk memberikan kontribusi positif terhadap iklim, alam dan masyarakat, yang diluncurkan pada 2020 lalu.
APRIL Group telah menetapkan serangkaian indikator untuk memantau kemajuan pencapaian target APRIL2030 dengan data dari tahun 2019 sebagai angka dasar tolok ukur pembanding kinerja.
Adapun yang menjadi indikator itu diantaranya :
Climate Positive (Iklim Positif): Mencapai emisi nol bersih dalam penggunaan lahan, mengurangi emisi produksi sebesar 25%, dan menggunakan sumber terbarukan untuk pembangkit listrik dan operasi serat dengan target berbasis sains.
Thriving Landscape (Lanskap yang Berkembang): Berupaya mencapai kesejahteraan lingkungan, ekosistem, dan penghuni satwa liar melalui investasi dan memprioritaskan upaya konservasi. Selain itu, studi ilmu lahan gambut tropis dilakukan untuk meningkatkan produktivitas serat hingga 50%.
Inclusive Progress (Kemajuan Inklusif): Memberantas kemiskinan di desa-desa dalam radius 50 km dari lokasi perkebunan, mempromosikan pendidikan dan perawatan kesehatan yang berkualitas, mengurangi stunting hingga 50%, dan mendorong partisipasi perempuan dalam bisnis.
Sustainable Growth (Pertumbuhan yang Berkelanjutan): Meningkatkan efisiensi penggunaan air dan bahan kimia, menggunakan 20% tekstil daur ulang, dan mengurangi 80% limbah padat yang dikirim ke tempat pembuangan sampah.
Managing Director Royal Golden Eagle (RGE) Group selaku induk usaha APRIL, Anderson Tanoto mengatakan pembangunan solar panel APRIL adalah contoh nyata bahwa komitmen keberlanjutan terhadap lingkungan dan berjalannya bisnis dapat dilakukan berbarengan.
“Solar panel adalah contoh bahwa bisnis dan lingkungan yang berada di equation yang sama. Solar panel berdampak baik untuk lingkungan dan juga baik untuk bisnis dan ini merupakan contoh bahwa kita bisa melakukannya di Indonesia,” ujar Anderson pada sesi pleno bertajuk “Creating a Sustainable Resilient Economy Through Innovation” dalam Business 20 (B20) Summit yang digelar di Bali, Minggu (13/11/2022) lalu.
Dalam dunia bisnis, pembangkit listrik tenaga surya sangat menguntungkan karena biaya modal yang semakin terjangkau dibandingkan dengan energi fosil yang saat ini mengalami kenaikan yang signifikan. Bagi lingkungan, solar panel menjadi sumber energi bersih yang ideal karena minim emisi.
Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Sukanto Tanoto.
“Saya selalu percaya bahwa perlindungan lingkungan seharusnya tidak menjadi beban bagi perusahaan, tapi justru menjadi sebuah sumber daya yang kaya bagi perusahaan, sepanjang hal itu dilakukan dengan perilaku yang baik dan komprehensif. Saya akan mengeluarkan uang untuk proteksi lingkungan, serta melakukan riset dan mengkajinya,” – Sukanto Tanoto, Pendiri dan Chairman RGE.
Tentu saja, sebagai perusahaan yang aktif mengupayakan mitigasi iklim, APRIL Group mendukung pemerintah untuk mencapai net sink pada 2030 dari industri kehutanan atau FOLU (Forest and Other Land Uses) Net Sink dari hulu ke hilir.
Di hulu, komitmen tersebut dilakukan dengan lewat konservasi kawasan, perlindungan keanekaragaman hayati, dan menerapkan kebijakan zero tolerance pada deforestasi.
Di hilir, APRIL Group beralih pada penggunaan bahan bakar yang terbarukan serta berinvestasi pada produk paper packaging sebagai jawaban atas tingginya permintaan produk kemasan terbarukan dan ramah lingkungan.
Komitmen APRIL2030 selaras dengan target pemerintah dalam mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29% melalui upaya sendiri dan 41% dengan dukungan internasional pada 2030, seperti yang dituangkan dalam dokumen Nationally Determined Contribution.
Dengan memanen cahaya Matahari yang melimpah ruah, negeri ini bisa mendapatkan sumber energi bebas polusi.
Lewat Solar Power Plant besutan PT RAPP, dapat memberi kontribusi yang signifikan terhadap transisi Indonesia menuju produksi energi dari sumber-sumber non-karbon untuk masa depan yang lebih hijau.***