Dapat Amunisi dari Pemerintah Yaman, Begini ngerinya Persenjataan Kelompok Pemberontak Houthi
RIAU24.COM - Kelompok pemberontak Houthi di Yaman memiliki berbagai jenis persenjataan dari roket, drone hingga rudal. Menurut penelitian yang dilakukan Ian Williams dan Shaan Shaikh dari Center for Strategic and International Studies, Amerika Serikat (AS), kelompok Houthi mendapat banyak persenjataan dari persediaan persenjataan milik pemerintah Yaman.
Militer Yaman sudah lama punya stok rudal balistik, rudal anti kapal, anti tank, dan rudal darat-ke-udara. Rudal-rudal yang dimiliki Yaman pun beragam jenis dan asal-muasalnya, mulai dari Uni Soviet, Iran, Korea Utara, Arab Saudi, dan Amerika Serikat (AS).
Karena lemahnya kontrol pemerintah Yaman atas stok persenjataannya, kelompok Houthi pun seringkali merebut senjata-senjata itu untuk keperluan mereka.
Ketika Presiden Yemen, Muhammad Saleh jatuh dari jabatannya, banyak anggota militernya yang akhirnya berpindah ke Houthi dengan turut serta membawa persenjataannya.
Beberapa bulan terakhir ini, kelompok Houthi menyita banyak perhatian global terkait rangkaian serangan di kawasan Laut Merah. Mereka menyerang kapal-kapal kargo yang melintasi perairan itu.
Kelompok itu menggunakan rudal tetapi juga drone "kamikaze" dan speed boat. Pada 18 Februari ini, AS mengaku telah menjatuhkan drone bawah air pertama milik Houthi.
Jenis-jenis rudal yang digunakan kelompok Houthi pada rangkaian serangan Laut Merah antara lain rudal Tankil yang memiliki jangkauan kurang lebih 500 km dan rudal Quds Z-O, sebuah rudal jelajah yang mampu mengenai target di darat maupun di laut.
Berbagai jenis persenjataan yang digunakan Houthi dalam krisis Laut Merah itu melahirkan spekulasi tentang adanya kiriman persenjataan dari Iran kepada Houthi.
Houthi dan Iran dikenal telah memiliki hubungan yang dekat. Iran mengakui kedekatannya dengan Houthi tetapi membantah telah menyediakan senjata dan intelijen kepada kelompok tersebut. Iran menyatakan bahwa dukungan mereka kepada Houthi hanya bersifat politis.
Di sisi lain, Houthi juga bersikeras bahwa mereka memproduksi senjata sendiri dan tidak menerima pasokan senjata atau perintah dari Iran.
Walau tuduhan tersebut dibantah kedua belah pihak, Arab Saudi dan AS yakin adanya peran Iran dalam pasokan senjata kelompok Houthi sejak perang saudara di Yaman.
Tuduhan adanya penyelundupan senjata dari Iran ke Houthi semakin kuat setelah Iran tertangkap basah secara diam-diam mengirimkan lebih dari 2,000 senjata api jenis AK-47 dengan kapal penangkap ikan pada 5 Januari lalu.
"Kelompok Houthi tidak dapat beroperasi pada tingkat ini tanpa dukungan senjata, pelatihan, dan intelijen dari Iran," kata Dr. Elisabeth Kendall, pakar Timur Tengah di Universitas Cambridge.
Meski demikian, masih belum jelas apakah Iran benar-benar tidak punya kontrol atau perintah atas kelompok Houthi.
Tuduhan Arab Saudi dan AS kemudian didukung oleh Institut Studi Politik Internasional Italia yang menyatakan adanya peran Iran dalam membantu Houthi untuk membangun pabrik khusus membuat drone di Yaman.
Houthi juga diduga menerima nasehat dan dukungan militer dari kelompok Islamis Lebanon, Hezbollah, seperti yang diungkapkan oleh Combating Terrorism Center yang berbasis di Akademi Militer West Point, AS.