Viral! Presiden Kedua Indonesia Soeharto ‘Bangkit’ Kembali Jelang Pemilu 2024
RIAU24.COM - Sebuah video mendiang Suharto, jenderal militer yang pernah ditakuti di Indonesia dan presiden paling lama yang memerintah negara ini selama lebih dari tiga dekade, menjadi viral di media sosial, dengan 4,7 juta penayangan di X.
Dalam video berdurasi tiga menit yang beredar di berbagai platform online, termasuk X, TikTok, Facebook, dan YouTube, Suharto yang berwajah tegas mengatakan kepada para pemilih, “Saya Presiden Soeharto, presiden kedua Indonesia, mengundang Anda untuk memilih wakil rakyat dari Golkar.”
Cukup meyakinkan pada pandangan pertama, video tersebut setelah diperiksa lebih dekat, menjadi jelas sebagai sebuah deepfake.
Dikutip dari CNN, Suharto yang asli dikenal karena senyumnya yang tiada henti sehingga meskipun pemerintahannya otoriter, ia mendapat julukan ‘Jenderal Tersenyum’. Dia meninggal pada tahun 2008 pada usia 86 tahun.
Erwin Aksa, Wakil Ketua Umum Golkar, membagikan video tersebut dengan pesan, “Harapan dan perjuangan bangsa Indonesia tidak akan pernah padam, akan selalu terwujud di setiap generasi. Impian Indonesia akan selalu menjadi kenyataan. Pada tanggal 14 Februari 2024 kita akan menentukan nasib bangsa Indonesia. Kita harus memilih wakil dan pemimpin rakyat yang tepat untuk Indonesia, untuk seluruh rakyat Indonesia."
“Video ini dibuat dengan menggunakan teknologi AI untuk mengingatkan kita betapa pentingnya suara kita dalam pemilu yang akan menentukan masa depan agar harapan masyarakat Indonesia terwujud dan sejahtera,” tambahnya.
Pemilu Indonesia 2024
Dengan lebih dari 200 juta pemilih diperkirakan akan berpartisipasi, lanskap politik penuh dengan persaingan.
Diketahui, Golkar tidak mengajukan calon presidennya sendiri. Namun, partai tersebut mendukung Prabowo Subianto, mantan jenderal di bawah rezim Suharto dan mantan menantunya.
Dengan menghidupkan kembali citra Suharto, Golkar dinilai berupaya memanfaatkan nostalgia dan asosiasi untuk mempengaruhi pemilih agar mendukung perjuangannya.
Meskipun sebagian pihak memandang hal ini sebagai langkah strategis untuk menghormati warisan Suharto, sebagian pihak lain mengecam tindakan tersebut sebagai manipulasi terhadap para pemilih.
(***)