Bayi 1 Bulan Alami Kelainan Jantung, Sudah Alami Stroke Sejak Lahir
RIAU24.COM - Seorang bayi di Singapura mengidap kelainan jantung bawaan sejak lahir pada 8 Desember 2023. Penyakit putra dari keempat dari Jamie Koit dan Bella Luong itu baru terdeteksi saat diperiksa dokter di KK Women's and Children's Hospital.
Bayi bernama Leon itu lahir dengan atresia paru, yakni kondisi di mana katup arteri pulmonalis atau pembuluh darah utama ke paru-paru tidak berkembang dan menghalangi aliran darah.
Hampir tiga minggu dan setelah menjalani dua operasi, Leon menderita dua stroke. Yang satu mempengaruhi penglihatan tepinya, sementara yang lainnya mempengaruhi sisi kanan tubuhnya.
Saat ini bayi berusia sekitar satu bulan itu masih berada di unit perawatan intensif neonatal. Sehari-harinya, ia hanya bisa makan melalui selang dan menerima suntikan obat pengencer darah dua kali sehari.
Leon diperkirakan harus mendapatkan perawatan ini selama tiga bulan ke depan. Ia dijadwalkan akan keluar dari rumah sakit pada 21 Januari 2024.
"Saat dokter pertama kali memberitahu kami tentang kondisinya, banyak sekali pertanyaan yang terlintas di benak kami," kata Koit (41) yang dikutip dari The Straits Times, Jumat (19/1)
"Mengapa ini tidak terdeteksi sejak dini? Apa yang akan terjadi sekarang? Apa artinya ini bagi Leon di masa depan?" tuturnya.
Menurut Cleveland Clinic di Amerika Serikat, atresia paru terjadi pada sekitar satu dari 10.000 kelahiran hidup. Tingkat kelangsungan hidup tanpa operasi adalah sekitar 50 persen pada usia satu tahun.
Dalam kasus Leon, dia menjalani prosedur pembedahan pada 14 Desember untuk membuat lubang di arteri pulmonalisnya. Namun prosedur enam jam itu tidak berhasil, dan dia menjalani prosedur lain lima hari kemudian.
Kali ini, sebuah tabung kecil atau shunt dimasukkan di dekat jantungnya agar darah dapat mengalir. Karena Leon masih dalam masa pertumbuhan, itu hanya berlaku sebagai tindakan sementara.
Nantinya, saat berusia 18 bulan, Leon harus menjalani operasi jantung.
"Kami diberitahu bahwa ada kemungkinan 5 hingga 15 persen meninggal jika dia menjalani operasi sekarang. Jika di usia 18 bulan, risikonya akan semakin rendah," jelas Koit.
"Setelah semua ini, dia harus menjalani rehabilitasi dan fisioterapi juga karena strokenya. Ini harus dijalani meski masih terlalu dini untuk mengatakan apakah akan ada dampaknya pada perkembangannya," lanjutnya.
Koit merasa setiap hari melihat anaknya, terasa seperti cobaan yang terus menyayat hati. Melihat anaknya yang menderita, tetapi ia dan istrinya tidak bisa berbuat apa-apa.
Untuk membantu pengobatan Leon, kedua orang tuanya melakukan kampanye penggalangan dana di Give.asia. Kampanye telah dimulai sejak 12 Januari 2024 yang nantinya akan langsung dibayarkan ke KKH.***