Bulan Januari Terasa Lebih Lama? Ternyata Ini Penjelasan Ilmiah di Baliknya
RIAU24.COM - Dalam beberapa waktu ini, netizen di media sosial X mengeluhkan bulan Januari yang terasa lebih lama daripada bulan-bulan lainnya. Banyak yang menyebut Januari sudah berjalan begitu lama, tetapi rupanya baru setengah jalan.
"Januari terasa lama sekali. Bahkan belum juga setengahnya," ucap @valy***nst***h melalui media sosial X.
"Seperti biasa, Januari terasa lama. Abis itu tiba-tiba lebaran, tiba-tiba natal dan tahun baru," ucap netizen lain @so***nta***nur.
Ternyata ada penjelasan ilmiah dari kejadian ini. Peneliti dari Universitas Cambridge William Skylark mengungkapkan bahwa persepsi waktu adalah konsep yang sulit untuk dijabarkan.
"Waktu mental adalah mental adalah metrik yang cukup rapuh untuk durasi fisik," ucap Skylark dikutip dari The New Statesman, Sabtu (13/1/2024).
Skylark menuturkan bahwa setiap orang mengalami waktu secara berbeda. Ada sejumlah faktor yang dapat menjadi pemicunya.
Misalnya stimulan seperti kafein telah terbukti membuat waktu terasa lebih cepat. Penelitian juga menunjukkan peserta yang ditanya bagaimana rasanya menonton horor rasanya akan terasa lebih lama. Dengan kata lain, rasa takut dapat 'memperlambat' waktu.
Januari memiliki keistimewaan menjadi bulan yang padat dalam setahun. Desember juga mempunyai 31 hari, tetapi bulan-bulan ini selalu penuh dengan peristiwa yang dinanti-nantikan.
"Ada kemungkinan bahwa memulai kembali pekerjaan setelah liburan Natal menyebabkan banyak kebosanan, dibandingkan dengan kesenangan selama libur natal. Kondisi ini memunculkan kesan bahwa waktu melambat di bulan Januari," ucap Zhenguang Cai, dari University College London yang mempelajari soal persepsi waktu.
Ketika masuk Januari, sebulan penuh akan dilakukan dengan bekerja, sehingga waktu akan terasa lebih lambat. Bersenang-senang dapat menjadi prediktor terbesar apakah seseorang mengalami waktu berjalan lebih cepat atau lambat.
Dalam sebuah studi yang dilakukan pada 2010, peneliti memberikan tugas pada 37 mahasiswa untuk membaca teks panjang dan menggarisbawahi semua kata dengan kombinasi huruf ganda di dalamnya. Dari studi tersebut ada kelompok mahasiswa yang menyelesaikannya dalam lima menit, ada kelompok mahasiswa lain yang menyelesaikannya dalam 20 menit.
Namun, tim peneliti 'berbohong' kepada mereka dengan menyebut mereka telah menghabiskan waktu selama 10 menit. Para responden kemudian diminta membuat penilaian retrospektif.
Ini jenis penilaian yang membuat seseorang merasa bulan Januari terasa lebih lama. Seseorang melihat kembali suatu peristiwa atau periode dan membuat penilaian tentang berapa lama ia memikirkan atau merasakannya. Jadi alih-alih mengandalkan jam internal tubuh, penilaian lebih bergantung pada ingatan.
Kelompok peserta yang menghabiskan waktu selama lima menit mengaku merasa waktu terasa lebih cepat dan mengaku lebih menikmati tugas tersebut. Sedangkan kelompok yang membutuhkan waktu hingga 20 menit menganggap tugas tersebut membosankan dan percaya waktu telah melambat.
Kondisi ini mengungkapkan seberapa buruk kemampuan seseorang menentukan berapa lama sesuatu berlangsung. Semakin seseorang memikirkan seberapa lama sesuatu berjalan, maka semakin sedikit kesenangan yang dimiliki dan lebih banyak yang dikeluhkan. ***