Menu

Saudi Khawatir Agresi Israel Meluas usai AS-Inggris Gempur Milisi Yaman Houthi 

Zuratul 12 Jan 2024, 14:37
Saudi Khawatir Agresi Israel Meluas usai AS-Inggris Gempur Milisi Yaman Houthi. (detikCom/Tangkapan Layar)
Saudi Khawatir Agresi Israel Meluas usai AS-Inggris Gempur Milisi Yaman Houthi. (detikCom/Tangkapan Layar)

RIAU24.COM -Arab Saudi cemas atas eskalasi perang di Timur Tengah yang terjadi menyusul serangan besar-besaran Amerika Serikat dan Inggris ke Yaman pada Jumat (12/1) dini hari.

Serangan AS dan Inggris itu merupakan balasan atas sabotase hingga pembajakan kapal komersial terkait Israel oleh milisi Houthi di Laut Merah belakangan ini.

Melalui pernyataan, negara yang dipimpin secara de facto oleh Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman (MbS) ini mengutarakan kekhawatirannya atas eskalasi konflik yang meningkat di Laut Merah.

"Meskipun Kerajaan Saudi menekankan pentingnya menjaga keamanan dan stabilitas kawasan Laut Merah, di mana kebebasan navigasi merupakan tuntutan internasional karena merugikan kepentingan seluruh dunia, Kerajaan Saudi menyerukan (semua pihak) menahan diri dan menghindari eskalasi sehubungan dengan peristiwa yang sedang terjadi di kawasan ini," bunyi pernyataan Saudi seperti dikutip CNN.

Dalam kesempatan itu, Saudi mendesak semua pihak yang terlibat menghindari eskalasi ketegangan. 

Sebab, serangan AS-Inggris ke Yaman ini terjadi kala agresi brutal Israel ke Jalur Gaza masih berlangsung sejak 7 Oktober lalu dan kini telah menewaskan lebih dari 23.200 warga Palestina.

Houthi langsung melancarkan serangan udara balasan terhadap kapal perang AS dan Inggris di Laut Merah usai Yaman dibombardir. 

Wakil Menteri Luar Negeri Yaman di rezim Houthi, Hussein Al Ezzi, memperingatkan AS dan Inggris akan menghadapi ganjaran yang buruk atas agresi terang-terangannya ini.

"Negara kami menjadi sasaran serangan agresif besar-besaran oleh kapal, kapal selam, dan pesawat tempur Amerika dan Inggris, dan Amerika serta Inggris pasti harus bersiap untuk membayar harga yang mahal dan menanggung semua konsekuensi mengerikan dari agresi terang-terangan ini," kata al-Ezzi dilansir CNN.

Houthi menguasai sebagian besar Yaman, termasuk menduduki Ibu Kota Sana'a sejak 2014 ketika perang sipil pecah di negara itu.

(***)