Internal Partainya Berkonflik, PM Netanyahu Terancam Digulingkan
RIAU24.COM - Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengaku khawatir bahwa meningkatnya rasa frustrasi di dalam Partai Likud dapat mengarah pada upaya bersama dengan oposisi untuk menggulingkannya.
Pemimpin oposisi Yair Lapid mengatakan bahwa Partai Yesh Atid siap memberikan suara untuk menggantikan Netanyahu dengan Yuli Edelstein dari Partai Likud, atau dengan Benny Gantz atau Gadi Eisenkot, keduanya dari partai oposisi Biru dan Putih.
Saat ia mencoba untuk mengendalikan situasi, Netanyahu berupaya untuk mengangkat kembali menteri-menteri yang mengundurkan diri berdasarkan Hukum Norwegia, dengan alasan penutupan kementerian-kementerian yang tidak diperlukan.
Hal tersebut dilaporkan surat kabar Yedioth Ahronoth. Berdasarkan Hukum Norwegia di Israel, seorang anggota Knesset yang memperoleh jabatan menteri menyerahkan kursinya di Knesset (parlemen) kepada anggota partai yang mencalonkan diri dalam pemilu dan tidak dapat memenangkan kursi.
“Dalam beberapa hari terakhir, muncul kekhawatiran akan pemberontakan melawan Netanyahu di Partai Likud dan tindakan bersama dengan oposisi untuk menggulingkannya,” demikian laporan Yedioth Ahronoth mengutip dari Sindonews.
“Kritik terhadap partai dan koalisi yang berkuasa dari anggota Likud meningkat di tengah upaya untuk mengambil tindakan melawan Netanyahu,” tambahnya.
Sebelumnya, Lapid mengatakan Netanyahu “tidak memenuhi syarat untuk memimpin negara.” Seruan untuk menyelenggarakan pemilu baru di Israel semakin meningkat di tengah kritik terhadap Netanyahu atas kegagalannya mengakui tanggung jawab atas serangan lintas batas yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober.
Jajak pendapat yang dilakukan oleh media Israel dalam beberapa hari terakhir menunjukkan bahwa jika pemilu dini diadakan sekarang, Netanyahu tidak akan dapat membentuk pemerintahan, sementara Gantz dianggap paling mungkin untuk berhasil.
Israel telah menggempur Jalur Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober, menewaskan sedikitnya 23.210 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan melukai 59.167 lainnya, menurut otoritas kesehatan setempat, sementara hampir 1.200 warga Israel diyakini tewas dalam serangan Hamas.
Sekitar 85% warga Gaza telah mengungsi, sementara semuanya berada dalam kondisi rawan pangan, menurut PBB. Ratusan ribu orang hidup tanpa tempat berlindung, dan kurang dari setengah truk bantuan yang memasuki wilayah tersebut dibandingkan sebelum konflik dimulai.