Mesir Siapkan Perlawanan Jika Israel Ingin Ambil Alih Wilayah Perbatasan
RIAU24.COM - Mesir dipastikan akan melakukan perlawanan ketika Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengklaim bahwa zona perbatasan Koridor Philadelphi antara Jalur Gaza dan Mesir harus berada di bawah kendali Israel.
"Namun Mesir tidak akan menerima pemberian wilayah itu kepada Israel,” kata Rami Khouri, direktur keterlibatan global di American University of Beirut mengatakan kepada Al Jazeera.
"Mesir bertanggung jawab untuk berpatroli di koridor tersebut, yang dibuat berdasarkan perjanjian perdamaian Mesir-Israel tahun 1979," kata Khouri.
Khouri mengungkapkan, terowongan di bawah koridor menjadikannya satu-satunya jalan keluar bagi dunia bagi warga Palestina. Rencana tersebut adalah salah satu dari banyak rencana yang diajukan oleh Netanyahu, yang menurut Khouri terus-menerus melakukan negosiasi dan menarik khalayak yang berbeda.
Namun, kata Khouri yang berbicara kepada Al Jazeera dari Boston, “Saya rasa masyarakat tidak ingin memberi Israel lebih banyak kendali teritorial atas tanah Arab.”
“Kami ingin mereka keluar dari tanah Arab dan beralih ke perundingan politik, yang akan memberikan hak penuh kepada Israel dan Palestina, sama seperti Mesir mendapatkan hak penuh ketika mereka berdamai dengan Israel.”
Sebelumnya, Israel harus mengambil kendali penuh atas koridor perbatasan Jalur Gaza dengan Mesir untuk memastikan "demiliterisasi" wilayah tersebut.
Itu diungkapkan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu. Itu bisa memicu perang dengan Mesir yang menguasai perbatasan Rafah.
“Koridor Philadelphi atau lebih tepatnya, titik penutupan selatan (Gaza) harus berada di tangan kita. Harus ditutup. Jelas bahwa pengaturan lain tidak akan bisa dilakukan. memastikan demiliterisasi yang kami cari," kata Netanyahu, dilansir Sindonews dari Reuters.
Dia tidak menjelaskan lebih lanjut. Jika terealisasi, langkah tersebut akan menandai pembalikan de facto penarikan Israel dari Gaza pada tahun 2005, menempatkan daerah kantong tersebut di bawah kendali eksklusif Israel setelah bertahun-tahun dipimpin oleh kelompok militan Palestina Hamas.
Komentar Netanyahu mengenai zona penyangga muncul ketika pasukan militer Israel terus melancarkan serangan yang berulang kali ditegaskan oleh perdana menteri akan berlangsung “berbulan-bulan lagi.”
Pertempuran terfokus di al-Bureij, Nuseirat, Maghazi dan Khan Younis, menurut warga, dan didukung oleh serangan udara intensif yang memenuhi rumah sakit dengan warga Palestina yang terluka.
"Pemboman tersebut telah menewaskan 165 orang dan melukai 250 lainnya di Gaza selama 24 jam terakhir," kata otoritas kesehatan Palestina.