Terjebak di Laut Merah, AS Harus Siap Hadapi Penutupan Selat Gibraltar
“Jika bukan karena parahnya kejahatan mereka di masa lalu di Lebanon, Hizbullah tidak akan mampu menyerang Israel setiap hari… Jika mereka tidak menyebabkan pertumpahan darah di Palestina di masa lalu, Hamas tidak akan mampu menghunus pedang mereka begitu kuat hari ini.
Jika bukan karena kejahatan keji mereka di Irak dan pusat penyiksaan Abu Ghraib serta pertumpahan darah yang dilakukan oleh Daesh (ISIS), Pasukan Mobilisasi Populer Irak tidak akan dibentuk untuk menyerang Amerika setiap hari.
Jika mereka tidak menjatuhkan begitu banyak bom di pasar Saada dan Sanaa, Ansar Allah (Houthi) tidak akan mencapai status dan otoritas yang mereka miliki di Yaman dan mampu menutup Laut Merah,” papar pejabat senior IRGC itu dilansir Sindonews.
Naqdi tidak merinci operasi apa yang secara spesifik mungkin dilakukan untuk menutup jalur perairan regional bagi pasukan AS dan sekutunya. Namun, media dan kantor berita AS segera menafsirkan kata-kata komandan tersebut sebagai “ancaman” Iran untuk “menutup Mediterania.”
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden pada Jumat menuduh, “Iran sangat terlibat dalam perencanaan operasi terhadap kapal-kapal komersial di Laut Merah sebagai bagian dari dukungan material jangka panjang dan dorongan atas tindakan destabilisasi Houthi di wilayah tersebut.”
Iran telah terbuka mengenai simpati politik dan moral serta dukungannya terhadap Houthi, namun secara konsisten membantah klaim para pejabat AS selama bertahun-tahun mengenai penyediaan dukungan material atau militer kepada pejuang Yaman sejak mereka berkuasa di sebagian besar wilayah negara tersebut pada akhir tahun 2014.