Jadi Lulusan Terbaik UGM, Begini Cara Gayuh Kuliah Sembari Berjuang Melawan Bipolar
RIAU24.COM - Mlathi Anggayuh Jati atau kerap disapa Gayuh, merupakan wisudawan terbaik dengan IPK cumlaude dari Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 22 November lalu.
Ia berhasil menyelesaikan pendidikan tinggi sarjana dengan prestasi yang sangat baik, meski harus berjuang juga dengan kondisi kesehatannya.
Gayuh didiagnosis gangguan bipolar pada tahun 2020. Kondisi ini tentunya menjadi hal yang menantang lantaran di waktu-waktu tertentu ia sering merasa kesulitan untuk mengelola diri maupun membagi waktu untuk kuliah.
Di satu sisi Gayuh harus berjuang mengobati penyakitnya, namun di sisi lain ia juga harus menyelesaikan pendidikannya. Beberapa kali ia bahkan harus mengikuti kelas online dari rumah sakit lantaran sedang menunggu antrian obat.
Tak jarang pula, Gayuh juga harus mengerjakan tugas kuliah dan tugas-tugas lain saat menunggu antrian periksa dokter.
Sesi diskusi, kerja kelompok, ataupun pengerjaan tugas dan persiapan lomba tetap diikutinya meski sedang menjalani rawat inap di rumah sakit.
Cara Gayuh Kuliah Sembari Berjuang Melawan Gangguan Bipolar
Gayuh berusaha terbuka kepada orang-orang di sekelilingnya mengenai kondisi yang diidapnya.
Ia juga berusaha untuk mengomunikasikan keluhan kondisinya sebaik mungkin pada saat kambuh.
Misalnya, pada saat kondisi kesehatannya sedang tidak baik, Galuh membiasakan untuk menceritakan hal ini kepada orang tua dan teman-teman terdekatnya.
"Saya berusaha memberikan kabar kepada dosen ataupun teman-teman lain yang sedang memiliki kegiatan bersama dengan saya, baik dalam rumpun akademik maupun non-akademik," ungkap wisudawan dengan IPK 3,91 ini, dikutip dari laman UGM, Minggu (24/12).
Gayuh juga berusaha memberikan solusi dan berani untuk menerima konsekuensi karena ketidakhadirannya. Menurut Gayuh, dukungan dari orang-orang di sekelilingnya inilah yang semakin memantapkan langkahnya untuk terus bersemangat melanjutkan studi sampai selesai.
"Bersyukur, orang-orang sekeliling saya sangat support," jelas dia.
Selain keluarga dan teman-teman, para dosen dan pengajar di Fakultas Psikologi juga sangat mendukungnya.
Beberapa kali Gayuh mendapatkan fasilitas konseling dari fakultas dan mendapatkan saran dari dosen-dosen mengenai cara mengelola kegiatan akademik dan kondisi mentalnya.
Perempuan yang bercita-cita terjun di dunia pendidikan inklusi ini menuturkan belajar psikologi itu seperti mempelajari diri sendiri.
Tak heran jika banyak anggapan, mahasiswa psikologi itu belajar sembari rawat jalan. Dia sangat bersemangat saat mendapat materi baru di perkuliahan.
"Saya merasa antusias setiap ada materi baru, karena materi tersebut bisa direfleksikan ke dalam kehidupan saya sendiri dan menjelaskan banyak hal yang terjadi di sekeliling saya," ujarnya.
Dikutip dari Mayo Clinic, gangguan bipolar (bipolar disorder) adalah kondisi kesehatan mental yang menyebabkan perubahan suasana hati yang ekstrem.
Terdapat dua fase atau episode dalam gangguan bipolar, yaitu fase mania atau manik dan fase depresi.
Pada fase manik, pengidapnya terlihat menjadi sangat bersemangat, enerjik, dan bicara cepat. Sedangkan pada fase depresi, pengidapnya akan terlihat sedih, lesu, dan hilang minat terhadap aktivitas sehari-hari.
Adapun penyebab gangguan bipolar masih belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi, seperti:
Perbedaan Biologis. Orang dengan gangguan bipolar tampaknya memiliki perubahan fisik di otak mereka. Pengaruh dari perubahan ini masih belum pasti, namun pada akhirnya bisa membantu menentukan penyebab dari gangguan bipolar yang dialami.
Genetik. Gangguan bipolar lebih sering terjadi pada orang yang memiliki kerabat tingkat pertama, seperti saudara kandung atau orang tua yang juga mengidap gangguan ini. Para peneliti tengah mencoba untuk menemukan gen yang mungkin terlibat sebagai penyebab dari gangguan bipolar. ***