Inggris Kecam Tiongkok Atas Insiden di Laut China Selatan
RIAU24.COM - Inggris pada hari Senin (11 Desember) mengutuk taktik tidak aman dan eskalasi yang dikerahkan oleh kapal-kapal China terhadap Filipina selama akhir pekan di Laut China Selatan.
Dalam sebuah pernyataan, kantor luar negeri Inggris mengataka, "Inggris menentang tindakan apa pun yang menimbulkan ketegangan, termasuk pelecehan, perilaku tidak aman dan taktik intimidasi yang meningkatkan risiko salah perhitungan dan mengancam perdamaian dan stabilitas regional."
"Baik China dan Filipina harus mematuhi temuan proses Putusan Arbitrase 2016, yang mengikat secara hukum bagi kedua belah pihak," tambahnya.
Penjaga Pantai Filipina merilis video yang menunjukkan kapal-kapal Tiongkok meledakkan meriam air ke kapal-kapal Filipina selama dua misi pasokan terpisah kepada para nelayan di Scarborough Shoal dan sebuah garnisun kecil di Second Thomas Shoal pada hari Sabtu dan Minggu.
Manila mengklaim bahwa ada juga tabrakan antara kapal Filipina dan China di Second Thomas Shoal.
Khususnya, Thomas Shoal adalah wilayah di mana beberapa tentara Filipina ditempatkan di kapal perang yang dikandaskan.
Kedua negara saling menyalahkan.
Filipina mengatakan bahwa kepala militer Jenderal Romeo Brawner berada di atas kapal pasokan Filipina yang terlibat dalam tabrakan itu dan menyebut tindakan kapal-kapal China sebagai eskalasi serius.
Dalam konferensi pers di mana para pejabat menunjukkan gambar dan video meriam air dan serudukan, Jonathan Malaya, juru bicara Dewan Keamanan Nasional, mengatakn, “ini adalah eskalasi serius di pihak agen-agen Republik Rakyat Tiongkok."
China mengecam tuduhan tak berdasar Inggris
Seorang juru bicara di kedutaan besar China di London mengatakan Beijing dengan tegas menentang dan mengutuk keras tuduhan tak berdasar Inggris, dan telah mengajukan pernyataan tegas kepada pihak Inggris mengenai hal ini.
"Kami mendesak pihak Inggris untuk menghormati kedaulatan teritorial China dan hak-hak maritim dan kepentingan di Laut China Selatan, berhenti menimbulkan masalah dan menabur perselisihan," kata pernyataan yang diposting di situs web kedutaan.
(***)