Studi: Obat HIV Dapat Mencegah Virus Corona Jika Diberikan Pada Konsentrasi Yang Tepat
RIAU24.COM - Penelitian terbaru oleh University of Bristol menunjukkan bahwa obat HIV dapat menghentikan banyak penyakit virus corona, termasuk varian SARS-CoV-2.
Studi tersebut menyebutkan bahwa proses tersebut dapat memberikan hasil ketika diberikan kepada sel yang terinfeksi pada konsentrasi yang tepat.
Temuan yang dipublikasikan dalam studi Antiviral Research pada 5 Desember, menyatakan bahwa obat tersebut memiliki potensi untuk memperluas gudang obat yang ada untuk memerangi epidemi virus corona saat ini dan masa depan.
Tim peneliti sebelumnya telah menunjukkan bahwa obat booster (cobicistat) dapat memiliki sifat antivirus terhadap varian SARS-CoV-2 yang beredar di Eropa pada awal 2020. Obat ini biasanya digunakan untuk memperkuat efek obat anti-HIV.
Para peneliti telah mempelajari apakah sifat anti-SARS-CoV-2 dari cobicistat dipertahankan terhadap varian utama yang menjadi perhatian (VOC) SARS-CoV-2 dan coronavirus lainnya, termasuk Middle East respiratory syndrome coronavirus (MERS-CoV).
MERS-CoV tersebar di Timur Tengah, Afrika, dan Asia Selatan, dengan tingkat kematian lebih dari 30 persen tanpa vaksin atau perawatan khusus yang sekarang tersedia.
Para peneliti juga membandingkan efek cobicistat dengan ritonavir, yang merupakan bahan kimia terkait struktural yang juga merupakan salah satu komponen Paxlovid.
Khususnya, Paxlovid adalah standar emas saat ini untuk pengobatan antivirus SARS-CoV-2.
Untuk melakukan penelitian, tim menggunakan analisis gambar otomatis untuk skrining dan perbandingan paralel efek anti-coronavirus dari cobicistat dan ritonavir.
Mereka menemukan bahwa cobicistat dan ritonavir keduanya bertindak melawan kedelapan VOC SARS-CoV-2 yang diuji terhadap virus corona manusia lainnya. Studi ini mencatat bahwa cobicistat lebih kuat daripada ritonavir.
"Kedua obat menunjukkan aktivitas anti-coronavirus in vitro pada dosis yang ditoleransi dengan baik, tetapi lebih tinggi daripada yang saat ini digunakan untuk aktivitas booster obat anti-HIV dan di Paxlovid," catat studi tersebut.
Dr Iart Luca Shytaj, Dosen di School of Cellular and Molecular Medicine dan salah satu penulis makalah yang sesuai, mengatakan, "hasil kami menunjukkan bahwa cobicistat, pada dosis di atas penggunaan klinis tipikal sebagai booster, bisa menjadi obat antivirus yang efektif baik sendiri maupun dalam kombinasi dengan antivirus lain dan mengarah pada perawatan yang lebih manjur daripada pilihan yang tersedia saat ini."
"Jika temuan kami dikonfirmasi dalam studi hewan dan klinis, hasil kami dapat memperkuat gudang obat antivirus dalam memerangi wabah virus corona saat ini dan masa depan dan mengurangi dampaknya terhadap kesehatan masyarakat secara global," tambah Shytaj.
(***)