Santai Dituduh Negara Teroris, Netanyahu Sebut Erdogan Pendukung Sifat Teror Hamas
RIAU24.COM - Agresi bertubi-tubi yang dilakukan oleh militer Israel (IDF) di Jalur Gaza, telah membuat para pemimpin negara di dunia melontarkan kritik tajam.
Baru-baru ini, Presiden Turki, Tayyip Erdogan telah melontarkan sebuah kritik tajam terhadap Israel atas apa yang dilakukan terhadap warga Palestina pada (16/11).
Tayyip Erdogan tak segan menyebut negara pimpinan Benyamin Netanyahu ini dengan sebutan “negara teroris” karena telah melakukan kejahatan perang dan melanggar hukum internasional.
Menanggapi pernyataan Erdogan, Netanyahu membalas di platform media sosial X, dengan menuduh Erdogan mendukung "sifat teror Hamas."
"Sebaliknya, ada kekuatan-kekuatan yang mendukung teroris. Salah satunya adalah Presiden Erdogan dari Turki, yang menyebut Israel sebagai negara teroris, namun mendukung sifat teror Hamas dan membom desa-desa Turki di dalam wilayah Turki sendiri. Jadi, kami tidak akan mendapatkan ceramah apa pun dari mereka," tulis Netanyahu, sebagaimana dilansir Business Standard, Jumat (17/11).
Sebelumnya, Erdogan dalam pidatonya baru-baru ini di depan partainya, menyebut Israel adalah negara teroris.
"Israel menerapkan strategi pemusnahan total terhadap sebuah kota dan penduduknya. Saya mengatakan dengan sangat jelas dan terus terang bahwa Israel adalah negara teroris," cetus Erdogan.
Presiden Turki itu berjanji akan mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa para pemimpin politik dan militer Israel diadili di pengadilan internasional atas tindakan mereka di Gaza.
“Kami akan mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa para pemimpin politik dan militer Israel yang secara brutal membunuh rakyat tertindas di Gaza akan diadili di pengadilan internasional," katanya.
Erdogan tidak berhenti di situ. Dia menuduh Netanyahu telah mengancam Gaza dengan bom nuklir.
“Saya katakan kepada Netanyahu, Anda mempunyai bom atom, bom nuklir, dan Anda mengancam dengan itu. Kami mengetahui hal ini. Dan akhir hidup Anda sudah dekat," ujar Erdogan.