Mata-matai Yaman, Drone AS Ditembak Jatuh Houthi
RIAU24.COM - Satu pesawat tak berawak militer Amerika Serikat (AS) ditembak jatuh saat beroperasi di pantai Yaman, menurut para pejabat yang tidak disebutkan namanya kepada beberapa media.
Pejabat AS mengaitkan serangan tersebut pada faksi berkuasa Houthi di Yaman. Kelompok milisi bersenjata sebelumnya bersumpah akan melakukan serangan drone dan roket terhadap Israel di tengah berlanjutnya pertempuran di Gaza.
Drone MQ-9 Reaper jatuh di wilayah udara internasional pada Rabu (8/11/2023), menurut para pejabat, yang mencatat Komando Pusat AS kini sedang menyelidiki insiden tersebut.
“Kami dapat memastikan pesawat militer AS MQ-9 yang dikemudikan dari jarak jauh ditembak jatuh di lepas pantai Yaman oleh pasukan Houthi,” papar seorang pejabat Pentagon kepada ABC News dilansir dari Sindonews.
Kelompok tersebut juga membagikan rekaman yang diduga menunjukkan serangan tersebut, dengan satu rudal pertahanan udara terlihat mengenai satu pesawat yang kemudian meledak menjadi serpihan api.
Sebelumnya pada Rabu, juru bicara Houthi mengatakan, “Pesawat tak berawak itu diserang saat melakukan operasi permusuhan, pemantauan, dan mata-mata di wilayah perairan Yaman bersama dengan dukungan militer AS kepada entitas Israel.”
Houthi memerintah sebagian wilayah Yaman sejak tahun 2014. “Tindakan permusuhan tidak akan menghalangi angkatan bersenjata Yaman untuk terus melakukan operasi militer terhadap entitas Israel sebagai bentuk solidaritas terhadap penindasan terhadap bangsa Palestina,” papar juru bicara tersebut.
Akhir bulan lalu, para pejabat Houthi mengkonfirmasi mereka telah meluncurkan beberapa drone dan rudal terhadap Israel sebagai bentuk dukungan terhadap warga Palestina di Gaza, dan kemudian menjanjikan serangan tambahan.
Militer AS sebelumnya mengatakan mereka telah menembak jatuh proyektil menuju Israel di atas Laut Merah, dan satu kapal perusak Angkatan Laut dilaporkan mencegat rudal jelajah dan drone yang diluncurkan pasukan Houthi pada Oktober.
Para pejabat AS juga telah mengkonfirmasi serangkaian penerbangan drone pengintai “tidak bersenjata” di Jalur Gaza sejak serangan Hamas yang mematikan pada 7 Oktober terhadap Israel.
Namun pejabat AS menyatakan operasi tersebut dimaksudkan untuk menemukan sandera yang diambil kelompok pejuang Palestina.