Israel Akui Kegagalan Intelijen dalam Memprediksi Serangan Hamas
RIAU24.COM - Seorang pejabat senior Israel pada hari Sabtu mengakui bahwa situasi saat ini di Israel mencerminkan kesalahan yang dibuat olehnya dan orang-orang yang membuat penilaian intelijen.
"Ini kesalahan saya, dan itu mencerminkan kesalahan semua orang yang membuat penilaian (intelijen)," kata Penasihat Keamanan Nasional Tzachi Hanegbi pada konferensi pers saat ditanya tentang pernyataannya baru-baru ini yang memprediksi tidak ada agresi Hamas.
"Kami benar-benar percaya bahwa Hamas belajar dari perang besar terakhirnya dengan Israel pada tahun 2021," kata Hanegbi.
Dia lebih lanjut menolak negosiasi terhadap kesepakatan pertukaran tahanan dengan Hamas.
"Tidak ada cara untuk bernegosiasi dengan musuh yang telah kami bersumpah untuk melenyapkan," katanya.
Pekan lalu pada hari Sabtu (7 Oktober), kelompok militan Hamas melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel yang melanggar penghalang perbatasan Gaza.
Menurut pejabat Israel, lebih dari 1.300 warga sipil dan pasukan keamanan telah tewas sejak serangan itu, dan setidaknya 120 telah ditangkap oleh militan dan diyakini ditawan di Gaza.
Laporan: Intelijen AS memperingatkan serangan oleh Hamas
Komunitas intelijen AS diyakini telah memberi tahu Presiden Joe Biden tentang serangan oleh Hamas dalam minggu-minggu menjelang serangan teroris 7 Oktober, sebuah laporan CNN telah mengungkapkan.
Sesuai laporan, satu pembaruan yang dibagikan pada 28 September, yang didukung oleh beberapa masukan intelijen, mengindikasikan bahwa Hamas merencanakan serangan roket besar-besaran terhadap Israel.
Penilaian kedua dihasilkan pada 5 Oktober, ketika Central Intelligence Agency (CIA) memperingatkan meningkatnya kemungkinan kekerasan oleh Hamas.
Pada 6 Oktober, sehari sebelum serangan Hamas, para pejabat AS dilaporkan mengedarkan masukan yang datang langsung dari Israel. Semua ini mengindikasikan serangan besar-besaran warga Gaza terhadap Israel.
Tidak jelas apakah penilaian intelijen AS dibagikan dengan pemerintah Israel atau tidak.
Sementara intelijen mengisyaratkan kemungkinan kekerasan, tidak ada masukan yang memberikan rincian atau menunjukkan skala dan kebrutalan serangan itu.
(***)