Palestina Nilai Sikap AS ke Israel sebagai 'Izin' Membunuh Warga Gaza, Desak PBB Hentikan Operasi Genosida
RIAU24.COM -Duta Besar Palestina untuk PBB Riyad Mansour mendesak Dewan Keamanan PBB untuk segera turun tangan menghentikan apa yang disebutnya sebagai "operasi genosida" yang dilakukan Israel terhadap 2,3 juta warga Palestina di Jalur Gaza.
Mansour mengkritik keras logika pemerintah Amerika Serikat (AS) mengenai hak membela diri dan menyatakan bahwa Israel melihat sikap AS itu sebagai "izin untuk membunuh" warga Palestina.
Dia menekankan bahwa Otoritas Palestina, yang dipimpin oleh Presiden Mahmoud Abbas, menghadirkan jalan berbeda untuk mencapai perdamaian berdasarkan penghentian pendudukan dan mencapai solusi dua negara.
Dalam pernyataannya kepada Asharq Al-Awsat, Mansour menyatakan bahwa langkah selanjutnya di PBB adalah menunggu instruksi dari kepemimpinan Palestina sehubungan dengan pertemuan yang diadakan oleh Liga Arab.
"Sekarang bukan waktunya untuk membiarkan Israel meningkatkan pilihan militernya, melainkan untuk memberi tahu Israel bahwa mereka perlu mengubah arahnya," ujar Mansour.
Ia mengingatkan bahwa ada jalan menuju perdamaian, jalan di mana warga Palestina dan Israel tidak harus mati, jalan yang secara langsung bertentangan dengan apa yang sedang dilakukan Israel.
"Tidak bisa dikatakan bahwa tidak ada yang membenarkan pembunuhan warga Israel dan tetap memberikan pembenaran atas pembunuhan warga Palestina," ucap Mansour.
Dia mengungkapkan penyesalannya bahwa bagi beberapa media maupun politisi, sejarak tampaknya baru dimulai ketika orang Israel terbunuh.
Komentar Mansour mengacu pada liputan media yang luas mengenai serangan Hamas, Jihad Islam, dan faksi Palestina lainnya terhadap pemukiman Israel di dekat Jalur Gaza sejak Sabtu (7/10) lalu, yang mengakibatkan kematian lebih dari seribu warga Israel.
"Rakyat Palestina telah mengalami tahun-tahun yang mematikan, satu demi satu, ketika Dewan Keamanan PBB gagal mengambil tindakan meskipun kami telah memperingatkan tentang konsekuensi dari impunitas Israel dan rasa puas diri internasional," katanya.
(***)