Sekutu Vladimir Putin Ini Siap Bela Palestina, Turun Perang Lawan Israel
RIAU24.COM -Ramzan Kadyrov, pemimpin wilayah Chechnya Rusia resmi menyatakan dukungannya terhadap rakyat Palestina, hal ini disampaikannya lewat akun Telegram, Senin (9/10).
Menyusul pecahnya perang antara Israel dengan kelompok Hamas.
Dalam pernyataannya, Kadyrov memohon "kepada komunitas internasional" untuk menyerukan solusi damai terhadap konflik tersebut.
Ia mengatakan Republik Chechnya siap untuk menyediakan unitnya sendiri sebagai "pasukan penjaga perdamaian" jika diperlukan.
"Saya mengimbau kepada masyarakat internasional agar setidaknya mereka dapat mengambil keputusan yang adil mengenai situasi di Palestina setidaknya sekali," tulis Kadyrov dalam akun Telegram-nya, dikutip Newsweek.
"Saya mengimbau para pemimpin negara-negara Muslim untuk membentuk koalisi dan menyerukan kepada mereka yang Anda sebut sebagai teman, Eropa dan seluruh Barat, agar mereka tidak mengebom warga sipil dengan dalih menghancurkan militan."
Kadyrov melanjutkan dengan menegaskan bahwa pihaknya mendukung Palestina, Ia juga menjabarkan bahwa dirinya memahami provokasi yang dilakukan oleh sekelompok warga Israel terhadap Umat Islam.
"Kami mendukung Palestina dan kami menentang perang ini, yang tidak seperti konflik lainnya, dapat berkembang menjadi sesuatu yang lebih besar."
"Saya sendiri pernah ke Israel. Dan delegasi damai kami mengalami upaya provokasi terang-terangan secara langsung. Oleh karena itu, saya menyerukan penghentian perang dan segala bentuk eskalasi situasi. Jika perlu, unit kami siap bertindak sebagai pasukan penjaga perdamaian untuk memulihkan ketertiban dan melawan pembuat onar," tambah sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin itu.
Pada Sabtu pagi, serangan roket diluncurkan ke wilayah Israel dari Jalur Gaza oleh kelompok pejuang Hamas.
Sinyal alarm berbunyi terus menerus di banyak wilayah di seluruh negeri, termasuk wilayah Tel Aviv dan sekitarnya.
Sebagai tanggapan, Tel Aviv memulai operasi militer yang dinamakan "Pedang Besi".
Beberapa media melaporkan Tentara Israel telah melancarkan serangan ke Jalur Gaza setelah tembakan roket besar-besaran dari daerah Palestina.
Sayap gerakan Palestina Hamas mengeluarkan pernyataan bahwa selama operasi di Israel mereka menangkap sekitar 35 tentara dan pemukim Israel.
Hamas mengungkapkan operasi serangan ini merupakan respons terhadap aktivitas agresif Israel terhadap salah satu situs paling suci Islam, Masjid Al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem.
Rusia sendiri sejauh ini menganggap eskalasi konflik di wilayah itu sebagai konsekuensi dari ketidakpatuhan terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB.
Menurut Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Rusia, Maria Zakharova, perlu ada cara-cara politik dan diplomatik.
"Ini (dapat diselesaikan) melalui pembentukan proses negosiasi penuh mengenai perjanjian internasional yang mengatur pembentukan negara Palestina merdeka berdasarkan perbatasan tahun 1967, dengan ibu kotanya di Yerusalem Timur, hidup damai dan aman dengan Israel," katanya dikutip media resmi Rusia, TASS.
Rusia juga melihat eskalasi besar-besaran dalam konflik Palestina-Israel sebagai muara dari kesalahan Barat, yang diketahui selalu memblokir beberapa resolusi di PBB terkait Timur Tengah.
"Kami menganggap eskalasi situasi dalam skala besar saat ini sebagai manifestasi lain yang sangat berbahaya dari lingkaran setan kekerasan, yang merupakan konsekuensi langsung dari ketidakpatuhan sistemik terhadap resolusi relevan PBB dan Dewan Keamanannya serta pemblokiran oleh pihak Barat atas kerja kuartet mediator internasional Timur Tengah yang terdiri dari Rusia, AS, UE, dan PBB."
(***)