RIAU24.COM -Presiden Vladimir Putin untuk pertama kalinya mengungkapkan kemungkinan Rusia bisa melanjutkan kembali uji coba senjata nuklir. 

Ia bahkan mengancam Moskow bisa menarik diri dari perjanjian larangan uji coba senjata nuklir.

Putin menilai Rusia tidak sedang berada di bawah ancaman siapa pun. 

Dia juga mengaku tak mendengar ada pihak tertentu yang berani berpikir menggunakan senjata nuklir untuk melawan Rusia.

Meski begitu, Putin mengatakan dia banyak mendengar masukan dari ilmuwan dan ahli untuk melakukan uji coba senjata nuklir Rusia lagi di tengah konflik yang terus memanas dengan Barat, terutama sejak invasi Rusia ke Ukraina berlangsung.

"Saya dengar seruan untuk uji coba nuklir, untuk kembali melakukan tes," kata Putin pada Kamis (5/10) di Sochi.

Komentar Putin itu merujuk saran dari para ilmuwan dan pengamat politik garis keras yang menyebut langkah itu bisa mengirimkan pesan yang kuat bagi Barat.

Di kesempatan itu, Putin juga mengkritik Amerika Serikat yang belum juga meratifikasi Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir yang Komprehensif meski menekan negara lain agar tak mengembangkan senjata kimia tersebut. 

Sementara itu, Rusia sendiri telah menyetujui dan meratifikasi Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir Komprehensif ini.

"Saya belum siap mengatakan apakah kami sungguh perlu melakukan uji coba (senjata nuklir) atau tidak. Namun, secara teori mungkin kita akan berperilaku sama seperti Amerika Serikat," kata Putin seperti dikutip Reuters.

"Tapi ini pertanyaan para wakil Duma (majelis rendah parlemen Rusia). Secara teori, ratifikasi ini bisa saja dicabut. Itu saja sudah cukup," lanjut Putin.

Dari dekade 1945 hingga 1956 tes uji nuklir mencapai lebih dari 2.000 tes. Dari jumlah ii, 1.302 dilakukan AS, 715 oleh Uni Soviet.

Pernyataan Putin soal uji coba nuklir Rusia ini muncul ketika dirinya menyebut berhasil melakukan uji coba nuklir dan rudal berkemampuan nuklir, The Buravetnsik, yang memiliki kemampuan tak tertandingi.

Rudal berkekuatan nuklir Buravetnsik ini mampu terbang hingga ribuan kilometer.

Meski menyadari ketegangan Rusia dengan Barat belakangan ini, Putin mengatakan tak ada yang perlu diubah dari kebijakan nuklir Rusia.

(***)