TAHUKAH ANDA : Riset Teliti Kondisi Otak Pasien Mendekati Kematian, Begini Temuannya
RIAU24.COM - Banyak mitos yang menyelimuti soal pengalaman menjelang kematian (near death experience). Mungkin Anda pernah mendengar atau membaca pengakuan orang yang melalui pengalaman menjelang kematian, seperti melihat kilas balik hidupnya, atau mengalami out of body experience di mana ia bisa melihat tubuhnya sendiri bak arwah.
Fakta-fakta soal near death experience memang menarik perhatian banyak kalangan, bahkan dari para ilmuwan. Baru-baru ini, sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal Resuscitation mengungkapkan ketika seseorang mengalami near death experience, dia akan dibawa menuju semacam 'dimensi realita lain'. Salah satu contohnya seperti yang dialami Rachel Toyer, seorang wanita asal Australia. Bagaimana kisahnya?
Beberapa tahun yang lalu, Toyer mengalami kecelakaan lalu lintas di mana mobil yang ia kendarai dihantam oleh sebuah truk.
"Itu terjadi sekitar satu dekade lalu. Saya sedang dalam perjalanan pulang dari pemakaman ketika truk besar ini menghantam pintu mobil saya. Tabrakan itu membuat mobil saya berputar tiga kali sebelum akhirnya membentur dinding jalan tol," ujar Toyer, dikutip dari New York Post, Rabu (4/10/2023).
Toyer pun keluar dari mobilnya yang sudah hancur dan berjalan sejauh 20 meter di sepanjang jalan tol. Anehnya, tidak ada satupun orang yang berhenti untuk melihat kondisinya. Ia juga sempat menelepon nomor darurat, tapi panggilan tersebut terdengar tak masuk akal. Hal itu membuat Toyer mengira dirinya sudah meninggal dan mengalami apa yang disebut pengalaman menjelang kematian.
"Saya yakin saya sudah mati karena tidak ada yang berhenti dan panggilan telepon sepertinya tidak ada gunanya, jadi saya berjalan sejauh 20 meter dari mobil dan berbaring di selokan, menunggu agar saya bisa pergi ke surga," imbuhnya.
Sepanjang peristiwa itu, Toyer mengaku merasakan perasaan yang sangat damai dan tenang. Ia juga mulai memikirkan berbagai penyesalan semasa hidupnya.
"Saya tidak takut. Saya ingat merasa kecewa karena saya belum mempunyai bayi, namun saya menerima kalau inilah alasannya, untuk mencegah bayi tersebut hidup tanpa seorang ibu," ucapnya.
Selang beberapa waktu, seorang pengendara mobil yang melihat Toyer tergeletak di jalan berhenti dan memanggil ambulans.
"Ketika pacar saya tiba di tempat kejadian, saya menyadari bahwa saya belum mati," ungkapnya.
Dimensi Realita yang Berbeda?
Dalam studi tersebut, ia menemukan orang-orang yang mengalami serangan jantung, yang secara teknis sudah atau hampir meninggal selama jangka waktu tertentu, menunjukkan tanda-tanda seperti kesadaran yang sangat jernih.
"Meskipun dokter telah lama mengira bahwa otak mengalami kerusakan permanen sekitar 10 menit setelah jantung berhenti memasok oksigen, penelitian kami menemukan bahwa otak dapat menunjukkan tanda-tanda pemulihan kelistrikan saat CPR berlangsung," ungkap dr Parnia.
Dari 53 orang pasien yang berhasil diresusitasi, 11 orang mengaku merasa sadar meski jantung mereka berhenti berdetak. Sementara, 6 orang lain mengatakan mengalami semacam pengalaman mendekati kematian. Beberapa pasien ingat bertemu ayah dan nenek mereka yang sudah tiada. Salah satu pasien bahkan bisa menjelaskan sensasi keluar dari tubuh yang ia rasakan saat itu.
"Saya tidak lagi berada di tubuh saya. Saya melayang tanpa beban atau fisik. Saya berada di atas tubuh saya dan tepat di bawah langit-langit ruang terapi. Saya mengamati pemandangan yang terjadi di bawah saya," terang seorang pasien.
"Saya bukan lagi tubuh seperti yang saya rasakan beberapa saat sebelumnya. Saya mendapati diri saya berada dalam posisi yang lebih tinggi. Itu adalah tempat yang tidak ada hubungannya dengan pengalaman material apapun," sambungnya.
dr Parnia mengungkapkan studi tersebut menunjukkan bahwa ada sebuah periode antara hidup dan mati di mana pasien mengalami 'dimensi realita baru'. Dimensi tersebut meliputi pikiran terdalam orang-orang, yang mencakup semua ingatan, pemikiran, niat dan tindakan terhadap orang lain dari sudut pandang moral dan etika. ***