Ia menjelaskan bahwa salah satu faktor utamanya adalah gaya hidup yang kurang aktif, yang dikenal sebagai sedentary lifestyle.

"Karena banyak studi-studi membuktikan bahwa ada pengaruh dari sedentary lifestyle. Kebiasaan malas bergerak, kita tahu sendiri kalau sekarang aplikasi atau teknologi semakin canggih, jadi kita dengan gampangnya juga bisa order makanan dengan genggaman jari kita. Kalau dulu kan harus jalan dulu ke warung, sekarang kita semakin dimanjakan," imbuhnya.

 Gaya hidup modern yang cepat dan sibuk juga memainkan peran dalam meningkatkan risiko penyakit jantung di perkotaan. Jam kerja yang panjang dan jadwal yang padat bisa membuat orang jarang memiliki waktu untuk berolahraga atau menjaga kebugaran fisik mereka.

"Kondisi-kondisi seperti ini turut meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung," pungkas dr Bambang.

 Tantangan ini menunjukkan perlunya kesadaran akan pentingnya mengubah pola hidup menjadi lebih sehat, terutama bagi mereka yang tinggal di perkotaan. Dalam dunia yang terus berubah dan teknologi yang terus berkembang, perubahan gaya hidup yang sehat adalah kunci untuk menjaga kesehatan jantung dan mencegah penyakit jantung yang mengancam nyawa.