Raja Salman Bangun Program Energi Nuklir, Janjikan Hal Ini pada Dunia
RIAU24.COM -King Salman bin Abdulaziz secara resmi berkomitmen untuk membangun program energi nuklir, awal pekan ini.
Hal ini terjadi saat Riyadh terus berupaya untuk menjadi pemain yang lebih kuat di panggung internasional.
Menteri Energi Saudi Pengeran Abdulaziz bin Salman Al Saud mengatakan negaranya akan menerapkan prosedur pengamanan dan pemeriksaan yang jauh lebih kuat dari sebelumnya.
Hal ink termasuk dalam konsultasi kepasa pengawas nuklir PBB, Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
"Kerajaan baru-baru ini mengambil keputusan mengambil Small Quantities Protocol (SQP) dan beralih ke Comprehensive Safeguard Agreemen (CFA) yang mencakup seluruh area," ujar Pengaran Abdulaziz melansir CNBC, Rabu 27 September 2023.
"Kerajaan ini berkomitmen melalui kebijakannya mengenai energi atom dengan standar transparansi dan keandalan tertinggi," lanjutnya.
Sebelumya, SQP adalah Perjanjian Nonproliferasi Nuklir, yang menjadi instrumen hukum antara negara-negara dengan Badan Atom Internasional (IAEA), namun negara itu sendiri tidak memiliki bahan nuklir atau tidak memiliki fasilitas nuklir.
CFA sendiri lebih ke perjanjian pengamanan yang komprehensif. Dimana IAEA mempunyai hak dan kewajiban untuk memastikan bahwa pengamanan diterapkan sebuah negara pada semua bahan nuklir di wilayah, yurisdiksi atau kendalinya memiliki tujuan eksklusif dan tidak dialihkan menjadi senjata nuklir atau bahan peledak lain.
Sementara itu, Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi mengaku akan membantu Arab Saudi untuk membangun kemampuan nuklir sebagai sumber energi. Ia pun menunggu komunikasi keduanya.
"Saya menantikan komunikasi resmi dari Arab Saudi mengenai keputusannya," tegasnya.
Sebenarnya, pernyataan Pangeran Abdulaziz tetap meningkatnya kekhawatiran di kalangan pakar.
Pasalnya Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS) pernah mengatakan dalam wawancara dengan Fox News bahwa jika Iran mengembangkan senjata nuklir, negaranya pun akan melakukannya.
Ini pun tak hanya sekali. Ia juga pernah membuat pernyataan yang sama dalam sebuah wawancara dengan CBS pada tahun 2018.
Arab Saudi diketahui memiliki reaktor nuklir kecil, sebuah unit penelitian yang didirikan dengan bantuan Argentina. Namun hingga kini reaktor ini belum beroperasi.
Arab Saudi juga diketahui telah berusaha mendapatkan konsesi sebanyak mungkin dari Washington.
Bantuan Amerika Serikat (AS) dalam program energi nuklir adalah salah satu tuntutan utama Arab Saudi ketika Paman Sam mendesaknya untuk bekerja sama dengan Israel.
Diketahui melalui Abraham Accord, AS telah meng-goal-kan normalisasi hubungan sejumlah negara Arab dengan Tel Aviv.
Ini pun tanpa memperhitungkan masalah Palestina.
Meski demikian Israel sendiri, dimuat laman yang sama, menolak lampu hijab nuklir di Arab Saudi.
Ini dikatakan pemimpin oposisi Israel Yair Lapid dalam sebuah pernyataan pekan lalu.
"Perjanjian normalisasi dengan Arab Saudi akan menjadi perkembangan yang disambut baik. Namun tidak dengan membiarkan Saudi mengembangkan senjata nuklir. Bukan dengan mengorbankan perlombaan senjata nuklir di seluruh Timur Tengah," tegasnya.
(***)