Ukraina dan AS Mengutuk Pemilihan Palsu di Krimea, Rusia Mengutuk Campur Tangan
RIAU24.COM - Ukraina pada hari Jumat (8 September) mengecam Rusia karena melakukan pemilihan palsu di Krimea, mengatakan bahwa itu adalah latihan yang-dan tidak akan memiliki kedudukan hukum.
Rusia mengadakan pemilihan di wilayah yang sekarang dikuasai olehnya tetapi awalnya milik Ukraina, termasuk Donetsk, Luhansk, Zaporizhzhia dan Kherson.
Kementerian luar negeri Ukraina mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pemilihan sangat melanggar kedaulatan dan integritas teritorial Ukraina serta hukum internasional.
"Pemilihan palsu Rusia di wilayah yang diduduki sementara batal demi hukum. Mereka tidak akan memiliki konsekuensi hukum dan tidak akan mengarah pada perubahan status wilayah Ukraina yang direbut oleh tentara Rusia," tambah pernyataan itu.
Kyiv menuntut dukungan dari masyarakat internasional
Seiring dengan mengecam pemilihan di Krimea dan wilayah-wilayah pendudukan, Ukraina juga mendesak masyarakat internasional untuk memperhatikan perkembangan dan tidak mengakui hasilnya.
Pada hari Kamis, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengutuk pemilihan palsu, dengan mengatakan bahwa mereka tidak sah.
Menanggapi tuduhan Blinken, kedutaan Rusia di AS mengatakan bahwa AS ikut campur dalam urusan internal Rusia.
Blinken sebelumnya mengatakan bahwa tindakan Rusia bertentangan dengan prinsip-prinsip Piagam PBB seperti penghormatan terhadap kedaulatan negara dan integritas teritorial, yang mendukung keamanan dan stabilitas global.
Dia juga menambahkan bahwa AS tidak akan pernah mengakui klaim Rusia atas wilayah kedaulatan Ukraina mana pun.
Rusia sedang melakukan pemilihan di wilayah Ukraina yang dianeksasi tahun lalu. Di empat wilayah, gubernur yang dilantik oleh Kremlin sedang mencari masa jabatan penuh dalam jajak pendapat, yang akan berakhir pada 10 September.
Beberapa warga muncul untuk pemungutan suara pada hari Kamis, dan menunjukkan paspor Rusia mereka kepada pejabat yang ditempatkan di tempat pemungutan suara. Banyak orang telah melarikan diri dari daerah itu karena takut akan kekerasan dan kebrutalan besar-besaran.
Walikota Mariupol yang diasingkan, yang sekarang dikendalikan oleh Rusia, seperti dikutip oleh Reuters mengatakan bahwa pemilihan berlangsung tanpa daftar pemilih dan daftar kandidat.
"Jelas bahwa tidak ada kepercayaan dari rakyat terhadap proses ini, yang seharusnya disebut pemilihan palsu," katanya dalam sebuah wawancara di Kyiv, menambahkan bahwa dia mengharapkan pengulangan dari apa yang dia katakan telah terjadi dalam pemungutan suara aneksasi tahun lalu.
(***)