Studi Menunjukkan Stimulasi Otak Meningkatkan Keterampilan Matematika
RIAU24.COM - Sebuah studi kolaboratif yang melibatkan universitas Surrey dan Oxford, Loughborough University, dan Radboud University di Belanda telah mengeksplorasi potensi neurostimulasi untuk meningkatkan pembelajaran matematika.
Secara khusus, stimulasi kebisingan acak transkranial frekuensi tinggi (tRNS) digunakan untuk merangsang daerah otak tertentu dan meningkatkan keterampilan matematika pada peserta.
Penelitian yang dipimpin oleh Profesor Roi Cohen Kadosh dari University of Surrey, menunjukkan dampak menarik dari stimulasi otak pada bakat matematika.
Peran neurostimulasi dalam peningkatan pembelajaran
Neurostimulasi, teknik mutakhir yang melibatkan arus listrik ringan yang dikirim melalui elektroda kulit kepala, adalah inti dari penyelidikan ini.
Tim berusaha memahami apakah tRNS dapat meningkatkan aktivitas otak yang terkait dengan pembelajaran, sehingga meningkatkan kemampuan matematika.
Profesor Cohen Kadosh, seorang ahli dalam ilmu saraf kognitif, menjelaskan peran mendasar pembelajaran dalam kehidupan manusia dan potensi neurostimulasi untuk mendorong perolehan pengetahuan dan pengembangan keterampilan Independen.
Studi ini merekrut 102 orang dan dengan cermat menilai kemampuan matematika mereka sebelum memulai percobaan.
Peserta dibagi menjadi empat kelompok, termasuk kelompok belajar standar dan kelompok ‘overlearning’, di mana peserta berlatih tugas-tugas matematika di luar tingkat penguasaan.
Kelompok-kelompok ini menerima tRNS selama penelitian. Dua kelompok yang tersisa terkena plasebo, yang mensimulasikan stimulasi tanpa arus listrik yang signifikan. Aktivitas otak dipantau menggunakan rekaman electroencephalogram (EEG) pada awal dan kesimpulan penelitian.
Meningkatkan keterampilan matematika melalui eksitasi otak
Temuan penelitian ini mengungkapkan hubungan yang menarik antara rangsangan otak awal mengenai matematika dan dampak tRNS.
Peserta yang menunjukkan rangsangan otak yang lebih rendah untuk tugas-tugas matematika menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam kemampuan mereka setelah stimulasi.
Sebaliknya, mereka yang awalnya berkinerja baik pada penilaian matematika atau merupakan bagian dari kelompok plasebo tidak mengalami perubahan penting.
Hasil ini menekankan potensi pendekatan neurostimulasi yang disesuaikan untuk meningkatkan hasil belajar dan menjelaskan waktu dan durasi optimal untuk menerapkan teknik ini.
Implikasi dan wawasan
Dr Nienke van Bueren, yang memimpin penelitian di bawah bimbingan Profesor Cohen Kadosh, menggarisbawahi pentingnya temuan ini.
Penelitian menunjukkan bahwa individu dengan rangsangan otak yang lebih rendah untuk matematika mungkin lebih mudah menerima stimulasi kebisingan listrik, yang mengarah ke hasil belajar yang ditingkatkan.
Sebaliknya, mereka yang memiliki rangsangan otak tinggi mungkin tidak mengalami manfaat yang sama. Penelitian ini menjanjikan pendekatan pembelajaran yang lebih personal dan menawarkan wawasan tentang penerapan teknik neurostimulasi yang optimal.
(***)