Menu

10 Negara dengan Skor IQ Terendah dan Tertinggi Didunia, Indonesia Nomor Berapa?

Zuratul 29 Aug 2023, 11:10
10 Negara dengan Skor IQ Terendah dan Tertinggi Didunia, Indonesia Adakah?. (TheAsianparent/Foto)
10 Negara dengan Skor IQ Terendah dan Tertinggi Didunia, Indonesia Adakah?. (TheAsianparent/Foto)

RIAU24.COM - IQ adalah singkatan dari "Intelligence Quotient" yakni sebuah standar pengukuran yang digunakan untuk menilai kecerdasan seseorang. 

Rata-rata IQ manusia adalah 85 hingga 115. Namun angka ini dapat bervariasi antar negara, negara bagian, dan bahkan wilayah geografis.

Secara keseluruhan, sekitar 98% orang mempunyai skor IQ di bawah 130. Hanya 2% dari populasi yang mendapat skor di atas 130 yang sering dianggap sebagai orang jenius. 

Pada 2010, Richard Lynn dan Gerhard Meisenberg meneliti IQ dan skor pencapaian pendidikan di 108 negara. Mereka menemukan bahwa rata-rata IQ penduduk dunia adalah 89.

Namun tidak semua negara berpartisipasi dalam tes IQ tersebut, dan tingkat perkembangan sosial ekonomi yang berbeda-beda dapat mempersulit pencarian rata-rata IQ global yang akurat.

10 negara dengan skor IQ tertinggi:

Menurut hasil penelitian Lynn dan Meisenberg, berikut adalah negara teratas yang penduduknya memiliki rata-rata skor IQ tinggi. 

1. Hongkong (108)

2. Singapura (108)

3. Korea Selatan (106)

4. Cina (105)

5. Jepang (105)

6. Taiwan (105)

7. Islandia (101)

8. Makau (101)

9. Swiss (101)

10. Austria (serta Liechtenstein, Luksemburg, Belanda, Norwegia, Inggris) (100)

10 negara terendah berdasarkan IQ rata-rata:

93. Kenya (serta Namibia, Afrika Selatan, Tanzania) (72)

94. Zimbabwe (72)

95. Botswana (71)

96. Ghana (71)

97. Zambia (71)

98. Nigeria (69)

99. Swaziland (68)

100. Lesotho (67)

101. Mozambik (64)

102. Malawi (60)

Kira-kira berapa rata-rata skor IQ warga Indonesia?

Menurut studi tersebut, rata-rata skor IQ warga Indonesia adalah 87. Skor ini jauh lebih rendah dari negara tetangga Singapura yang memiliki nilai rata-rata 108. Sementara skor IQ rata-rata Malaysia adalah 92.

Meski demikian, perlu dicatat bahwa studi yang digunakan untuk mendukung data tersebut masih kontroversial.

Penyebabnya karena kemungkinan peneliti hanya mempertimbangkan kelompok populasi tertentu atau ukuran sampel kecil per negara.

(***)