China Menghapus Tarif Jelai Australia di Tengah Meredanya Ketegangan Perdagangan
RIAU24.COM - Kementerian Perdagangan China mengatakan Jumat (4 Agustus) bahwa mereka akan mulai menjatuhkan pembatasan impor jelai Australia mulai Sabtu (5 Agustus).
Tarif anti-dumping dan anti-subsidi pada jelai Australia diberlakukan selama tiga tahun terakhir, lapor Reuters. Pembatasan tersebut mempengaruhi perdagangan bilateral bernilai miliaran.
Sebelumnya pada bulan April, kedua negara sepakat untuk menyelesaikan sengketa perdagangan bilateral mereka, di mana Canberra menjatuhkan kasus WTO terhadap Beijing sementara China setuju untuk meninjau pembatasan impornya pada barang-barang Australia.
Selain jelai, ada beberapa barang Australia yang tersisa, termasuk anggur, yang masih menghadapi bea masuk yang berat di China.
"Kami telah jelas bahwa kami mengharapkan proses serupa diikuti untuk menghapus bea atas anggur Australia," kata tiga menteri Australia dalam sebuah pernyataan bersama.
Para ahli juga menyampaikan kekhawatiran
Para ahli mengatakan keputusan oleh China akan menghasilkan hasil yang menarik untuk pasar jelai Australia, karena petani mengharapkan lebih banyak pendapatan tetapi memperingatkan bahwa petani dengan jelai berkualitas malt cenderung menarik premi atas risiko yang terlibat.
"Pelaku pasar yang akan mengirim jelai ke China mungkin meminta premi karena risiko yang terlibat karena akan ada beberapa kekhawatiran, jika misalnya, China kembali pada keputusannya," kata analis biji-bijian senior Rabobank Dennis Voznesenski seperti dikutip oleh Reuters.
CEO Grain Producers Australia Colin Bettles menghargai langkah tersebut, menyebutnya sebagai kemenangan bagi konsumen dan industri China serta eksportir lokal.
Garis waktu terbaru dari hubungan Australia-China
Hubungan antara Australia dan mitra dagang terbesarnya, China, memburuk pada tahun 2020. Ini dimulai dengan keputusan Australia untuk memulai penyelidikan tentang asal-usul virus Covid 19, sebuah langkah yang dianggap provokatif oleh Beijing.
Menanggapi seruan Australia untuk penyelidikan, China memberlakukan serangkaian tindakan pembalasan, termasuk pengenaan bea masuk anti-dumping pada anggur dan jelai Australia.
Salah satu langkah penting yang diambil oleh Beijing adalah penerapan tarif substansial, sebesar 80,5 persen yang mengejutkan pada jelai Australia pada Mei 2020.
Dalam menghadapi perkembangan ini, Australia menanggapi dengan secara resmi mengajukan keluhan kepada Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pada bulan Desember tahun yang sama.
Lanskap berubah ketika Partai Buruh kiri-tengah Australia mengamankan kemenangan dan mengambil alih kekuasaan tahun lalu. Sejak itu, ketegangan antara kedua negara telah mereda.
Misalnya, setelah absen hampir tiga tahun, China melanjutkan pembelian batu bara Australia pada Januari 2023. Selain itu, pengumuman China pada bulan Mei untuk melanjutkan impor kayu Australia juga datang sebagai tanda utama dari pemulihan hubungan yang sedang berlangsung.
(***)