Demonstrasi Mengerikan Kenya, 53 Anak-anak Masuk RS Usai Terkena Gas Air Mata
RIAU24.COM - Setidaknya 53 anak telah dilarikan kerumah sakit di Nairobi, Kenya usai gas air mata dilemparkan ke dalam kelas mereka oleh polisi selama protes.
Dr Aron Shikuku dari Rumah Sakit Eagle Nursing Home menyebutkan kepada BBC bahwa mereka sekarang telah menstabilkan anak-anak yang tidak sadarkan diri.
Seperti diketahui, demonstgrasi terjadi di selutuh negeri yang diserukan oleh pihak oposisi atas meningkatnya biaya hidup, tetapi demonstrasi ini berubah menjadi kematian.
Pihak berwenang mengatakan enak prang tewas. Namun badan-badan hak asasi manusia menyebutkan jumlah korban tewas sebanyak 12 orang, dengan lebih banyak lagi yang terluka.
DUa orang tewas setelah mengunjuk rasa membakar sebuah kantor polisi.
Sedangkan seorang lainnya tewas dalam serangan terhadap mobil van polisi jalan Tol Nairobi di pinggir kota.
Protes tersebut telah dilarang, tetapi orang-orang tetap turun ke jalan seperti kemarahan di antara beberapa warga kenya tentang kenaikan biaya hidup dan tagihan keuangan baru- termasuk kenaikan pajak.
Kenaikan yang kontroversial termasuk menggandakan pajak bahan bakar dan pengenaan retribusi 1,5% pada semua karyawan untuk mendanai rumah baru.
Pemerintah mengatakan kenaikan itu penting untuk melunasi utang dan menciptakan lapangan kerja bagi kaum muda, tetapi undang-undang tersebut telah ditangguhkan oleh pengadilan karena masalah konstitusional.
Pemimpin oposisi Raila Odinga, yang dikalahkan oleh Ruto dalam pemilihan tahun lalu, telah menekan pemerintah untuk membatalkan kenaikan pajak, menyerukan pembangkangan sipil bulan lalu dan menggambarkan mereka yang ingin menerapkan RUU keuangan sebagai "pengkhianat".
Unjuk rasa oposisi telah dijadwalkan pada hari Rabu, tetapi Odinga membatalkannya, mengatakan dia ingin mencegah kekerasan lebih lanjut.
Kantor berita AFP melaporkan bos kepolisian Japhet Koome mengatakan pada Selasa (11/7/2023) bahwa "segala cara yang sah" akan digunakan untuk membubarkan demonstrasi.
Protes terbaru ini terjadi hanya beberapa hari setelah beberapa orang tewas selama demonstrasi anti-pemerintah pada Jumat (7/7/2023) lalu, di mana kelompok hak asasi manusia menuduh polisi Kenya menggunakan kekuatan berlebihan.
(***)