RIAU24.COM - 

Beberapa orang merasa tak afdol jika mengonsumsi mi instan tanpa telur dan nasi. Dr dr EM Yunir, SpPD, KEMD, Pengurus Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia / PAPDI) & Dokter Spesialis Penyakit Dalam Sub Endokrin mewanti-wanti kebiasaan ini bisa menjadi pemicu obesitas 'ekstrem'.

Jika dirinci, jumlah kalori dari mengonsumsi mi instan dengan tambahan telur saja berada di 496, hampir 500 kalori. Bila ditambah dengan satu centong nasi dengan perkiraan 100 gram, artinya ada penambahan sekitar 200 kalori.

"Jadi sudah 700 kalori, itu sudah hampir 50 persen lebih dari kebutuhan kita dalam sehari, apalagi kalau dimakannya sebelum tidur, tentu melampaui dengan jumlah asupan yang sebelum-sebelumnya," terang dia dalam konferensi pers Senin (10/7/2023).

Ia juga menyoroti kebiasaan warga Indonesia yang sekalipun sudah mengonsumsi banyak makanan dan camilan, belum kenyang tanpa kehadiran nasi. Ini menjadi pemicu bobot terus meningkat.

Bahkan, ini bisa menjadi fase awal obesitas, saat orang tersebut secara tidak sadar terus merasa lapar. "Ada satu titik saat mengalami kegemukan, rasa kenyang menjadi menurun, sehingga dia tetap berusaha mencari makanan lagi untuk mengatasi rasa laparnya itu," sambung dia.

dr Yunir meminta masyarakat untuk juga membatasi camilan dan jajanan asin atau manis yang kerap viral, di tengah nihilnya aturan dari pemerintah soal penjualan makanan dengan membatasi kalori.

"Kita tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak ada pembatasan maksimal kalori satu makanan yang boleh dijual, kalau kita lihat makanan siap saji, kue, roti, dan lain-lain," terang dia.

"Pasti toppingnya itu gula, keju, disiram lagi dengan susu, itu yang menyebabkan taste lidah kita itu dirangsang mendapatkan yang manis-manis terus, sehingga suatu saat ambang manisnya itu naik lagi, berubah lagi," pungkas dia. ***