Tahukah Anda, Inilah 3 Alasan Kasus Bunuh Diri Singapura Mendadak Rekor Tertinggi dalam 20 Tahun
RIAU24.COM - Singapura 'darurat' kasus bunuh diri. Terungkap tiga pemicu meningkatnya angka bunuh diri hingga rekor tertinggi selama 20 tahun terakhir adalah masalah finansial, masalah medis, hingga masalah mental.
Dr Jared Ng, konsultan senior dan direktur medis di Connections MindHealth bahkan menyebut tren ini amat memilukan.
Pemerintah setempat didesak untuk membuat kebijakan baru mengatasi tingginya kasus bunuh diri.
"Peningkatan ini melukiskan gambaran tentang tekanan mental yang tak terlihat, merasuki masyarakat kita, terutama di kalangan kaum muda dan orang tua," kata Jared, dikutip dari Channel News Asia.
"Sangat penting bagi kita untuk tetap waspada terhadap masalah mendesak yang terus berdampak besar pada kesehatan mental, seperti isolasi sosial dan kesepian," sambung dia.
Paling Banyak di Populasi Muda dan Lansia
Selama empat tahun berturut-turut kasus kematian remaja berusia 10 hingga 29 tahun bahkan paling banyak disebabkan bunuh diri atau sekitar sepertiga dari seluruh laporan kasus kematian.
Sementara tren kematian bunuh diri pada lansia di kisaran 70 sampai 79 tahun melonjak 60 persen pada 2022, dibandingkan 2021.
Tiga masalah utama yang dihadapi para lansia kerap dikaitkan dengan kesepian, masalah keluarga, hingga masalah medis, demikian menurut SOS.
"Saatnya sekarang, untuk menggandakan upaya kita dalam bidang deteksi dini dan secara aktif mendorong budaya mencari bantuan dan saling menjaga."
Mengacu data Samaritans of Singapore di 1 Juli 2023, berikut rincian datanya:
2018: 397 kasus bunuh diri
2020: 452 kasus bunuh diri
2021: 378 kasus bunuh diri
2022: 476 kasus bunuh diri
Sementara jika dilihat berdasarkan persentase kelompok usia, perbedaan signifikan terlihat pada laporan 20-29 tahun.
Pada 2022 lebih dari 80 kasus dilaporkan meninggal bunuh diri di usia 200-29 tahun, terbanyak berikutnya di kelompok 30-39 tahun, kemudian diikuti tren pada lansia 50-69 tahun. ***