Banyak Bermain Gadget Memicu Speech Delay pada Anak, Bunda Wajib Tahu!
RIAU24.COM -Beberapa orangtua memiliki anak yang mengalami masalah keterlambatan bicara, atau sering pula disebut dengan istilah speech delay.
Anak yang mengalami speech delay dianggap terlambat bicara karena kemampuan berbahasanya tidak sesuai dengan perkembangan anak seusianya.
Ternyata, speech delay banyak dialami anak-anak di masa modern, salah satunya, karena pemberian gawai (gadget) yang terlalu dini oleh orangtua.
Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini, Elisa Kasali mengatakan, kondisi tersebut menyebabkan interaksi yang terjadi hanya satu arah.
Padahal, yang dibutuhkan anak pada usia tumbuh kembang adalah bagaimana belajar berkomunikasi dengan sekitar, utamanya orangtua.
Penting bagi orangtua untuk rajin mengajak bicara anaknya, meskipun anak sebetulnya belum bisa berbicara.
"Kenapa sekarang banyak speech delay, itu terjadi karena anak-anak usia kecil mungkin sebelum dua tahun sudah dikasih gadget, segala macam. Jadi belum saatnya dia kenal gadget sudah diberikan." demikian diungkapkan Elisa ketika ditemui di kawasan Senayan, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Lalu, kapan waktu yang tepat bagi orangtua memperkenalkan gadget kepada anak? Menurut Elisa, idealnya adalah ketik anak sudah pandai berkomunikasi dan memahami sebab-akibat dari penggunaan gadget tersebut.
Sebab jika tidak, anak akan mengenal gadget sebagai mainan dan cenderung tidak mau mengenal sekitar. Pada saat yang bersamaan, akan ada banyak kesempatan belajar yang dilewatkan oleh anak ketika ia berkutat dengan gadget.
"Padahal di dunia ini banyak sekali kesempatan yang bisa diraih. Berinteraksi dengan orang lain, berdiskusi dengan orang lain, bermain, berbagi dengan orang lain, banyak sekali," tutur istri dari Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Rhenald Kasali, itu.
Meski zaman sudah semakin modern, Elisa menambahkan, pola asuh anak harus tetap melibatkan nilai-nilai dasar. Sebab ketika nilai-nilai luntur, maka segala sesuatu yang sifatnya kemajuan menurutnya tidak akan kokoh. Adapun nilai-nilai yang dimaksud, misalnya adab, tata cara dan aturan.
"Kemudian orangtua memberi kepercayaan. Harus dibangun pijakannya apa, kalau tidak, anak tidak akan kuat menjalani kehidupan. Mau generasi apapun dia akan cepat roboh dan tidak fleksibel," ucapnya.
Kembali pada masalah speech delay, karena anak terlalu dini bermain gadget, lalu bagaimana jika kebiasaan tersebut sudah cenderung terbangun?
Menurut Elisa, kebiasaan terlalu sering main gadget tentu masih bisa dihilangkan, namun cenderung sangat sulit.
"Artinya orangtua juga mungkin ketika masuk rumah harus stop gadget, off. Susah banget. Harus ada pengorbanan," kata dia.
Selain itu, orangtua juga harus menempatkan diri sebagai contoh. Ketika orangtua ingin anak tak terlalu sering bermain gadget, orangtua juga harus memberi contoh yang baik.
"Karena anak usia itu baru konkret, belum berpikit abstrak. Maka semua harus lewat contoh. Ketika contoh orangtua tidak pegang gadget maka Insya Allah anak juga tidak pegang gadget," kata Elisa.
(***)