30 Tentara NATO Diserang Demonstran Serbia di Utara Kosovo
RIAU24.COM - Sebanyak 30 tentara penjaga perdamaian Aliansi Pertahanan Negara Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO) terluak akibat bentrok dengan demonstran Serbia di utara Kosovo, Senin (29/5/2023).
KFOR mengecam keran atas insiden yang terjadi dalam misi penjaga perdamaian yang dipimpin NATO ke Kosovo.
"Saat menghadapi barisan massa paling aktif, beberapa prajurit dari kontingen KFOR Italia dan Hungaria menjadi sasaran serangan yang tidak beralasan dan mengalami luka trauma dengan patah tulang dan luka bakar akibat ledakan alat pembakar," demikian keterangan KFOR, seperti dikutip Reuters, Senin (29/5).
Menteri Pertahanan Hungaria Kristof Szalay-Bobrovniczky, mengonfirmasi tujuh tentara mereka ikut terluka parah dan akan dibawa pulang untuk mendapat perawatan. Dia menyebut sebanyak 20 tentara, termasuk tentara Italia, terluka dalam insiden tersebut.
"Apa yang terjadi benar-benar tidak dapat diterima dan tidak bertanggung jawab," kata Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni dalam sebuah pernyataan.
"Sangat penting untuk menghindari tindakan sepihak lebih lanjut dari pihak otoritas Kosovo dan bahwa semua pihak bersangkutan segera mengambil langkah mundur untuk meredakan ketegangan."
Ketegangan di utara Kosovo meningkat usai sejumlah etnis Albania menjabat sebagai wali kota beberapa wilayah di sana yang mayoritas adalah warga keturunan Serbia. Pemilihan wali kota itu sendiri sempat diboikot oleh warga Serbia di sana.
Masyarakat Serbia marah karena tak sudi dipimpin oleh orang yang jelas-jelas tidak dipilih oleh mereka. Warga Serbia di kawasan menginginkan dipimpin oleh pemerintah daerah yang 'dibekingi' Beograd.
Karena protes ini, pada Jumat (26/5), tiga dari empat walikota etnis Albania sampai-sampai dikawal polisi ke kantor mereka.
Protes pun berlanjut hingga memicu bentrok dan melukai prajurit NATO di kawasan tersebut.
Presiden Serbia Aleksandar Vucic mengatakan 52 orang Serbia terluka, dengan tiga di antaranya menderita luka serius.
Vucic menuding Perdana Menteri Kosovo Albin Kurti menciptakan ketegangan di wilayah tersebut. Dia lantas meminta warga Serbia di Kosovo untuk menghindari bentrokan dengan tentara NATO.
Di sisi lain, Presiden Kosovo Vjisa Osmani justru menuding Vucic mencoba mendestabilisasi negaranya.
"Bangunan ilegal Serbia yang berubah menjadi geng kriminal telah menyerang polisi Kosovo, petugas KFOR dan jurnalis. Mereka yang menjalankan perintah Vucic untuk mengacaukan wilayah utara Kosovo harus diadili," twit Osmani.
Buntut ketegangan ini, Menteri Pertahanan Serbia Milos Vucevic mengatakan Vucic meningkatkan kesiapan tempur tentara mereka ke tingkat tertinggi.
"Ini menyiratkan bahwa segera sebelum pukul 02.00, Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Serbia mengeluarkan instruksi tambahan untuk penempatan unit tentara di posisi tertentu yang ditunjuk," kata Vucevic.
Warga Serbia di utara Kosovo selama ini tidak pernah menerima deklarasi kemerdekaan dari negaranya. Selama lebih dari dua dekade usai pemberontakan Albania Kosovo vs pemerintahan Serbia, mereka masih memandang Beograd sebagai ibu kota mereka.
Lebih dari 90 persen populasi di Kosovo sendiri merupakan etnis Albania. Kendati begitu, warga Serbia di utara Kosovo menuntut penerapan kesepakatan 2013 yang dimediasi Uni Eropa untuk membentuk asosiasi kotamadya otonom di wilayah mereka.
(***)